Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🤗
“Saya tidak pernah bisa menggantikan posisi Kahfi di hatimu. Tapi saya percaya bahwa setiap orang memiliki posisi dan porsinya masing-masing di hati orang yang kita cintai.”
-Muhammad Hazm Zainal Ali-
Yogyakarta, empat tahun kemudian.“Ayah!”
Suara bayi laki-laki berusia tiga tahun itu membuat sosok yang dipanggil Ayah langsung menoleh dan berjongkok menyamakan dengan tinggi badan putranya.
“Ayah!” Dokter Hazm tersenyum haru melihat langkah kecil putranya.
“Iya, Nak. Ayo peluk Ayah,” jawab laki-laki berjas putih itu sembari membuka kedua lengannya dan tersenyum kepada putranya.
“Abang ketangkep!” Bayi laki-laki bernama Shagufta itu tersenyum lebar ketika digendong oleh Ayahnya.
“Bunda di mana, Bang?” tanyanya kepada Shagufta membuat bayi laki-laki itu menunjuk ruang salat.
Laki-laki itu melihat istrinya sedang melipat mukena membuat Dokter Hazm mendekat sembari menurunkan Shagufta.
“Bunda ayo main lagi. Ayah juga ikut ya.” Permintaan Shagufta membuat sepasang suami istri itu saling melempar senyum.
“Ayah mandi dulu, Bang. Nanti habis mandi kita main bareng sama Ayah,” jawab Syanum sembari mencium punggung tangan suaminya.
“Jangan lama-lama Ayah,” kata Shagufta sambil mendekat ke arah Bundanya.
“Iya, Bang. Tos dulu dong!” ucap Dokter Hazm membuat keduanya bertos ria dan Shagufta terkekeh saat Ayahnya mencolek hidung kecilnya.
Setelah melihat suaminya masuk ke dalam kamar kemudian Syanum menggendong putranya ke arah pintu ruang tamu. Hari ini Syanum sedang tidak ada jadwal ke rumah sakit sehingga sedari pagi dirinya yang mengasuh Shagufta bersama Bi Maryam.
“Gajah!” Shagufta menunjuk boneka gajah yang dipegang oleh Bi Maryam dari arah dapur.
“Abang tadi minta tolong Bibi buat ambil boneka gajah ya, Bang?” Syanum bertanya sembari mengusap wajah putranya.
Shagufta tersenyum lebar sambil mengambil boneka itu dari tangan Bi Maryam.
“Bilang apa ke Bi Maryam, Bang?” Syanum mengingatkan putranya membuat Shagufta tersenyum malu.
“Terima kasih Bi Maryam,” ucap Shagufta membuat Bi Maryam gemas dan menggendong bayi laki-laki itu.
“Abang main sama Bi Maryam dulu ya,” ucap Syanum ketika bayinya sudah sibuk dengan boneka gajah itu.
Shagufta mengangguk menuruti ucapan Bundanya. “Siap, Bunda!”
Syanum tersenyum melihat tumbuh kembang putranya kemudian berjalan ke arah kamar mereka. Abaya berwarna pink muda itu tampak anggun dikenakan oleh Syanum, wajah cantik dan bersihnya masih terawat walau sekarang dirinya sudah menjadi ibu dari satu anak.
“Sudah selesai mandi, Mas?” tanya Syanum ketika melihat suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Udah, Yang. Abang mana?” Dokter Hazm menoleh mencari putranya.
“Shagufta lagi main sama Bi Maryam, Mas.” Syanum duduk di tepi ranjang.
“Tadi operasinya gimana, Mas? Lancar semua, kan?” tanya Syanum melihat wajah lelah suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)
Romance[SUDAH ENDING] ~ [CHAPTER MASIH LENGKAP] "Karena hidup itu seperti secarik kertas putih, hanya dirinya sendiri yang mau memberikan warna atau justru menggoreskan titik hitam pada setiap kesempatan hidup yang Allah SWT berikan." Hidup itu selayaknya...