KATMTI - 10. Masihkah Ragu?

502 46 113
                                    

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًاإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

fa inna ma'al-'usri yusra, inna ma'al-‘usri yusra

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah ayat 5-6)

“Hah? Mana Dokter Fariz?” tanya seseorang yang memakai jas putih yang merupakan seorang dokter.

Astaghfirullahaladzim. Itu bukan Dokter Fariz, itu Dokter Kevin sepupu Dokter Fariz.

Ya Allah, kenapa bisa salah manggil?

“Maaf-maaf, Dok. Saya kira Dokter Fariz, sekali lagi saya minta maaf, Dok.” Syanum menunduk sambil memegang status pasien.

“Emang itu dokter satu galak sih iya tapi gantengnya bikin co-ass selalu ingat ya hehe,” ucap Dokter Kevin terkekeh.

“Maaf bukan begitu maksud saya, Dok,” balas Syanum gemetar.

“Tidak perlu minta maaf. Kamu sendirian di sini? Habis visit?” tanya Dokter Kevin sambil memasukkan kedua tangannya di saku jas putih miliknya.

“Iya, Dok,” balas Syanum sambil mengangguk.

“Stase neurologi?” tebak Dokter Kevin membuat Syanum mengangguk.

Syanum akui bahwa Dokter Kevin memang ramah, saat ia menjadi co-ass di rumah sakit ini beliau tidak pernah absen menyapa murid-muridnya.

Dokter Kevin merupakan dokter residen, tetapi bukan residen neurologi melainkan dokter residen bedah.

“Saya permisi, Dok,” ucap Syanum karena mengingat ia harus jaga bangsal.

“Oke. Saya juga harus ke ruang OK,” balas Dokter Kevin membuat Syanum mengangguk lalu berlalu menuju bangsal.

Di sisi lain, Dokter Kevin merasa kasihan melihat kondisi murid sepupunya itu. Sendirian di lorong? Mengingatkannya saat ia co-ass yang ditinggal menikah oleh wanita yang ia cintai, miris sekali memang.

Tetapi ia percaya kondisi Syanum lebih menyedihkan dari pada kondisi dirinya saat co-ass dulu. Lagi-lagi ia tidak berani bertanya.

•••

Selesai melayani pasien, laki-laki berusia dua puluh sembilan tahun itu melepaskan jas putihnya di kursi.

Ia menatap jendela yang memperlihatkan pemandangan Yogyakarta siang hari ini, sekitar lima menit ia memandangi keindahan itu dari jendela ruangannya.

Tok! Tok! Terdengar suara ketukan di pintu membuat laki-laki yang kerap dipanggil Dokter Fariz itu menoleh dan terlihat seseorang yang menggunakan jas putih seperti miliknya.

Dokter Kevin, sepupunya sekaligus dokter residen bedah di rumah sakit ini.

“Makan siang dulu, Riz,” ucap Dokter Kevin sambil memasukkan tangannya ke dalam saku jas putih miliknya.

“Hmmm,” balas Dokter Fariz sambil memakai jas putihnya seraya berjalan menuju pintu.

“Buset dah aku yang ngajak kenapa malah aku yang ditinggal?” tanya Dokter Kevin, namun Dokter Fariz hanya diam saja dan terus berjalan menuju kantin.

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang