KATMTI - 38. Sumber Kebahagiaan

342 21 50
                                    

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️

“Sumber bahagianya ada pada kamu, di saat kamu terluka dia juga terluka. Namun, saat melihatmu bahagia dia juga ikut bahagia walau tidak bersamamu.”

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu

Yogyakarta, satu bulan kemudian.

Sejak kejadian dipukuli oleh Bapaknya Nayla waktu itu sekaligus tamparan dari ibunya, tetapi tidak membuat Aqil putus asa. Karena setelah itu dia bertekad untuk berjuang mendapatkan Nayla dan menyayangi bayi yang ada di dalam kandungan wanita itu.

Lambat laun ibunya luluh melihat kerja keras Aqil yang banting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka, laki-laki itu juga memikirkan untuk kehidupan selanjutnya bersama Nayla.

Aqil tidak ingin merepoti Kahfi yang memberikannya pekerjaan untuk dirinya di bengkel, namun laki-laki itu ingin berjuang sendiri mencari pekerjaan lain. Kini dari pagi hingga sore dia bekerja menjadi waiters di salah satu restoran.

Malam hari Aqil bekerja membantu tetangganya menjaga toko roti. Laki-laki itu selalu memanfaatkan waktu dengan bekerja semampu yang dia bisa walau nanti saat pulang badannya sakit semua karena seharian penuh bekerja.

“Uwis maem kowe, Le?” tanya seorang wanita membuat Aqil menoleh. Terjemahan – “Sudah makan kamu, Nak?”

Ditatapnya dengan lembut wajah ibunya. “Alhamdulillah sampun, Bu. Ibu dereng sare?”
Terjemahan – “Alhamdulillah sudah, Bu. Ibu belum tidur?”

Sekarang waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Aqil baru saja pulang bekerja menjaga toko roti milik tetangganya. Ibunya menatap Aqil kemudian memeluk anak semata wayangnya dengan penuh hangat.

Aqil membalas pelukan ibunya, dia tahu bahwa ibunya sangat kecewa mengetahui hal itu. Tetapi Aqil berusaha melakukan kesempatan yang diberikan Nayla. Wanita setengah baya itu terisak membuat Aqil mengusap air mata ibunya.

“Aqil nyuwun pangapunten nggih, Bu....” Kemudian Aqil berlutut di hadapan ibunya.
Terjemahan – “Aqil minta maaf ya, Bu....”

Ibunya mengusap pundak Aqil kemudian laki-laki itu berdiri, mata mereka beradu. Aqil bisa melihat bahwa ibunya tengah menahan air mata yang ingin jatuh, dia sedih karena telah melukai wanita yang sangat dia cintai.

“Uwis tak ngapura, Le. Dadio wong lanang sing tanggung jawab. Ibu ora gelem kelangan kowe, Le, kowe harta berhargane Ibu. Ibu sayang karo kowe, Aqil,” ujar Ibunya kemudian memeluk putranya sambil meneteskan air mata. Terjemahan – “Sudah aku maafkan, Nak. Jadilah laki-laki yang tanggung jawab. Ibu tidak ingin kehilangan kamu, Nak, kamu harta berharganya Ibu. Ibu sayang sama kamu, Aqil.”

“Matur nuwun, Bu, In Syaa Allah Aqil tanggung jawab kalih Nayla. Rihdoi ingkang nopo Aqil mlampahi, Bu....” Ibunya mengangguk membuat Aqil mencium punggung tangan ibunya. Terjemahan – “Terima kasih, Bu, In Syaa Allah Aqil tanggung jawab sama Nayla. Ridhoi di setiap apa yang Aqil jalani, Bu....”

Kemudian wanita setengah baya itu menyuruh Aqil untuk tidur sebab sudah satu hari penuh putranya bekerja. Aqil menurut kemudian merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamar. Setelah itu Aqil memutuskan ganti baju dan berniat untuk tidur.

Laki-laki itu sebisa mungkin tidur supaya di sepertiga malam nanti dirinya bisa melaksanakan salat tahajud. Sudah satu bulan ini juga Aqil tidak pernah absen dalam melaksanakan salat malam karena dia tahu Allah turun ke langit dunia dan laki-laki itu berdoa di heningnya malam.

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang