Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️
“Don't cry, don't be sad. Allah is the best planner and Allah is the best decision maker.”
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu
“Astaghfirullahaladzim. Itu kan Nayla bukan Syanum, kenapa tadi aku manggil Syanum ya? Ya Allah,” batin Kahfi ketika dia menoleh ke belakang dan ternyata wanita itu adalah Nayla.“Maaf. Maksud saya kamu, Nay,” ucap Kahfi sembari mengangguk.
“Makasih ya sudah menolong saya,” lanjut Kahfi yang diangguki kepala oleh Nayla.
“Iya enggak apa-apa kok, Mas. Sama-sama, Mas. Oh iya, Nayla ke sini buat jemput Mas Kahfi, Rara, sama Umi soalnya Abinya Mas Kahfi tadi ada keperluan mendesak jadi enggak bisa jemput,” tutur Nayla sambil menunduk.
“Oke, makasih. Maaf jadi merepotkan kamu,” ungkap Kahfi merasa tidak enak.
“Sama-sama, Mas. Enggak merepotkan kok, Mas,” balas Nayla sembari tersenyum tipis.
“Mas Kahfi!” panggil Rara dari kejauhan.
Terlihat Rara yang berlari sembari mengatur napasnya. Hal itu membuat Kahfi memandangi remaja SMP itu, tetapi dia tidak bisa marah dengan adik sepupunya karena dia sudah menganggap Rara seperti adiknya sendiri.
“Atur napas dulu, Ra,” ucap Kahfi saat Rara baru saja sampai.
“Iya, Mas,” balas Rara kemudian menghirup napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
“Mbak bawa minum. Ini diminum dulu, Ra,” kata Nayla sembari memberikan air mineral kepada Rara.
“Makasih, Mbak Nay,” ujar Rara yang kemudian meminum air tersebut.
“Maaf, Mas Kahfi. Maafin Rara ya?” Rara menunduk sembari menunggu jawaban laki-laki itu.
“Iya, Ra. Mas sudah maafin kamu. Jangan diulangi lagi,” kata Kahfi sambil menatap adik sepupunya itu.
“Alhamdulillah. Siap, Mas Kahfi,” balas Rara sambil hormat membuat Kahfi tersenyum.
“Loh, kok masih pada di sini. Umi kira udah nunggu di depan?” Sebuah suara wanita membuat ketiganya menoleh bersamaan.
“Iya, Umi, tadi ada sedikit kendala. Umi, Nayla yang jemput kita soalnya Abi ada keperluan mendadak,” tutur Kahfi sambil melihat wanita setengah baya itu.
“Iya, Fi. Tadi Abi sudah telpon Umi. Yuk, kita pulang. Oh iya makasih banyak ya, Nay, udah jemput,” ucap Umi Kahfi membuat Nayla mengangguk.
“Sama-sama, Tante,” balas Nayla sambil tersenyum tipis.
“Ya udah yuk kita pulang,” timpal Rara membuat yang lain mengangguk.
•••
“Huuuh....” Hembusan napas keluar dari mulut Syanum yang kini tengah bersandar di dinding rumah sakit.
Iya, Syanum mendengar pengungkapan Dokter Fariz kepada kedua orang tua Amanda. Wanita itu selalu melibatkan Allah di hatinya, jika itu memang keputusan Dokter Fariz maka Syanum bahagia akan hal itu.
Karena ada seseorang yang lebih berhak menerima cinta dari dokter residen itu.
Amanda. Syanum mengenal baik wanita itu, dia juga tahu bahwa wanita berprofesi dokter itu memiliki perasaan kepada Dokter Fariz.Cinta Amanda kepada Dokter Fariz sangatlah tulus, Syanum bisa melihat itu dari sikap Amanda. Bagi Syanum, Amanda adalah seseorang yang berhak menerima cinta dari Dokter Fariz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)
Romansa[SUDAH ENDING] ~ [CHAPTER MASIH LENGKAP] "Karena hidup itu seperti secarik kertas putih, hanya dirinya sendiri yang mau memberikan warna atau justru menggoreskan titik hitam pada setiap kesempatan hidup yang Allah SWT berikan." Hidup itu selayaknya...