Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️
“Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya.”
(HR. Ahmad)
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu
“Kowe wes maem durung, Le?” tanya seorang wanita setengah baya sambil menepuk pundak putranya. Terjemahan – “Kamu sudah makan belum, Nak?”“Sampun, Bu,” balas laki-laki dengan rambut yang masih berantakan itu. Terjemahan – “Sudah, Bu.”
Iya, laki-laki itu adalah Aqil. Dia hidup berdua bersama ibunya, ayahnya meninggal dunia sejak dia masih sekolah dasar. Namun, setelah lulus SMA Aqil tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena untuk makan satu hari saja laki-laki itu sudah sangat bersyukur.
Walaupun laki-laki itu berperilaku kurang baik ketika di luar dan nightclubs merupakan dunianya, tetapi Aqil masih menghormati ibunya karena wanita itu adalah orang tua satu-satunya yang dia punya.
“Mau mbengi kowe kok ora bali omah, Le?” tanya wanita bernama Inggit itu sambil menatap putranya. Terjemahan – “Tadi malam kamu kok tidak pulang rumah, Nak?”
Aqil hanya diam, entah mengapa semenjak pertemuannya dengan laki-laki bernama Kahfi membuatnya tidak bisa hidup tenang.
Bahkan dirinya sengaja menumpang tidur di indekos temannya untuk menghilangkan rasa gelisah itu, namun nyatanya nihil Aqil tetap tidak bisa tidur semalaman.
“Ono opo, Le? Kok kayane gelisah timen.” Terjemahan – “Ada apa, Nak? Kok sepertinya gelisah sekali.”
Ibunya mengusap punggung tangan anaknya itu. Bagi Inggit, Aqil adalah satu-satunya harta berharga yang dia punya. Walau mereka hanya hidup berdua, tetapi Inggit berusaha semaksimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.
“Mboten, Bu, wau dalu kula nginep wonten griyane rencang. Mboten nopo-nopo, Bu, Aqil mlebet kamar nggih, Bu,” pamit Aqil seraya mengambil jaketnya.
Terjemahan – “Tidak, Bu, tadi malam saya menginap di rumahnya teman. Tidak apa-apa, Bu, Aqil masuk kamar ya, Bu.”“Iyo, Le. Nek ono opo-opo cerito wae karo Ibu,” balas Inggit sambil menatap punggung putranya. Terjemahan – “Iya, Nak. Kalau ada apa-apa cerita sama Ibu.”
“Nggih, Bu.” Terjemahan – “Iya, Bu.”
Kemudian Aqil merebahkan tubuhnya di atas kasur, dirinya menatap langit-langit kamar sembari memikirkan tentang pertemuan antara dirinya dengan laki-laki bernama Kahfi.
Apakah benar dirinya melakukan hal sekeji itu terhadap perempuan? Benarkah kejadian buruk menimpa Nayla setelah pertemuan dengan dirinya saat itu?
Namun, Aqil benar-benar tidak ingat. Bahkan saat itu dirinya bangun ketika matahari sudah naik di atas langit dan tempatnya pun di indekos milik temannya.
“Arrgh!”
Teriak Aqil sembari mengacak rambutnya kesal, namun semenjak pertemuannya dengan Nayla perasaan laki-laki itu juga sedikit aneh. Seperti ada yang menghantuinya akan sesuatu, tetapi Aqil seolah menganggapnya angin lalu.
“Ora mungkin aku ngelakoke hal bodoh kuwi. Aku mabuk tapi aku isih iso berpikir jernih,” gerutu Aqil sambil menatap dirinya di cermin.
Terjemahan – “Tidak mungkin aku melakukan hal bodoh itu. Aku mabuk tapi aku masih bisa berpikir jernih.”
![](https://img.wattpad.com/cover/235115633-288-k142280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)
Roman d'amour[SUDAH ENDING] ~ [CHAPTER MASIH LENGKAP] "Karena hidup itu seperti secarik kertas putih, hanya dirinya sendiri yang mau memberikan warna atau justru menggoreskan titik hitam pada setiap kesempatan hidup yang Allah SWT berikan." Hidup itu selayaknya...