KATMTI - 25. Senyum Perpisahan

359 36 40
                                    

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️

“Terima kasih atas segala cinta dan harapan hingga akhirnya sebuah palung bernama keikhlasan yang menjadi jawaban.”

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu

Semenjak pertemuannya dengan Amanda beberapa waktu lalu membuat perasaan Syanum begitu lega ditambah lagi di antara dirinya dengan Dokter Fariz pun juga sudah diluruskan baik-baik jadi sudah tidak ada lagi kesalahpahaman.

Sekarang Syanum ingin fokus menyiapkan ujian akhirnya di stase neurologi tidak terasa dirinya hampir selesai di stase ini.

Kemudian Syanum menyandarkan tubuhnya di kursi mengingat beberapa waktu lalu dirinya pernah kena marah oleh Dokter Fariz karena terlambat datang, gagal memasang infus, dan kesalahan-kesalahan lainnya saat dia co-ass di stase ini.

Tetapi itu semua menjadi memori yang tersimpan rapi di benaknya dan akan Syanum jadikan pelajaran kedepannya.

“Syanum,” panggil sebuah suara membuat Syanum menoleh.

“Kok ngelamun? Lagi ngelamunin apa?” tanya Huza yang baru saja masuk.

“Emm keinget aja kejadian-kejadian di stase-ku ini. Enggak terasa aku udah hampir selesai dan mau ujian supaya bisa lanjut ke stase berikutnya doakan ya,” balas Syanum membuat Huza menatapnya.

“Aamiin semoga lancar ujiannya, Num. Oh iya dokter residenmu siapa? Lupa namanya hehe,” kata Huza sambil terkekeh pelan.

“Dokter Fariz,” balas Syanum membuat Huza menganggukkan kepalanya.

“Gimana, masih galak enggak? Kan dulu kamu tuh suka banget dimarahin,” ujar Huza membuat Syanum mengulas senyumnya.

“Marahnya Dokter Fariz aku jadikan pelajaran, Huz. Karena itu juga salahku waktu itu, tetapi dari itu semua aku ngerasain proses jadi dokter ternyata enggak gampang,” ungkap Syanum sambil menatap wajah Huza.

Alhamdulillah aku bisa di titik ini, Huz. Banyak temen kampusku yang dulu milih berhenti karena mereka enggak sanggup dengan tugas-tugas kuliah dan akhirnya uangnya kebuang sia-sia,” tutur Syanum membuat Huza mengangguk.

“Iya, Num, bahkan banyak orang yang pengen banget kuliah. Tetapi mereka belum bisa karena mungkin faktor biaya atau hal lain yang membuat mereka memilih kerja dulu. Apalagi kuliahmu kedokteran dulu, Num, enggak main-main itu pasti banyak hal yang kamu korbankan,” papar Huza membuat Syanum mengangguk.

“Ya udah aku tinggal ya. Semangat, Num!” ucap Huza sembari membuka pintu kamar.

“Makasih, Huz,” balas Syanum yang kemudian kembali fokus dengan laptopnya.

Tidak terasa sudah hampir lima minggu dirinya di stase neurologi begitu banyak pelajaran berharga yang dia dapatkan. Syanum tidak menyangka jika dirinya sebentar lagi akan ujian akhir stase dan dia selalu berdoa supaya diberi kelancaran saat ujian.

Ujian akhir stase berupa presentasi kasus dan presentasi jurnal hal itu membuat Syanum harus menyiapkan semuanya sebelum ujian nanti. Malam semakin larut membuat Syanum fokus menatap layar laptopnya sambil mengetik sesuatu di sana.

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang