KATMTI - 1. Pengalaman Berharga

3K 162 272
                                    

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️

“Karena untuk mendapatkan tangga paling atas juga dibutuhkan tangga paling bawah untuk mencapainya.”

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu


📍Yogyakarta

“Di tempat kamu enggak ada orang? Enggak ada jam? Apa habis baterai sampai kamu datang ke rumah sakit jam segini?!” ucap Dokter Fariz sambil menatap tajam juga sinis.

“Maaf, Dok. Tadi pagi sa—“

“Saya tidak ingin dengar apapun alasanmu! Memang tadi pagi hujan deras, tetapi kenapa teman-teman kamu bisa sampai rumah sakit tepat waktu? Karena mereka displin! Dan enggak seperti kamu!” sarkasnya serta dengan menunjuk wajah Syanum.

Pagi ini Syanum benar-benar kena marah oleh dokter residen neurologi itu, matanya sedari tadi melotot dan tangannya sudah disilangkan di depan dada pertanda bahwa dokter itu sedang marah kepadanya. Dan Syanum hanya bisa menundukkan kepala dan terus berdoa.

“Sudah enggak ikut follow up pagi, visit residen, kamu itu sebenarnya niat atau enggak sih? Kalau enggak niat lebih baik enggak usah jadi dokter!” balasnya dengan nada agak tinggi.

Syanum hanya diam sambil menunduk. Rasanya ingin menangis, mengadu, teriak, intinya campur aduk. Dokter Fariz memang tegas sekaligus disipilin. Syanum akui jika dirinya salah karena terlambat bangun sekaligus terjebak macet di area Malioboro di tambah lagi dengan hujan deras tadi pagi.

Kini Syanum hanya bisa pasrah apabila dirinya akan dipermalukan lagi atau kena marah lagi dengan Dokter Fariz. Karena bagaimanapun ini adalah salahnya dan ia bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dibuatnya.

“Maaf, Dok. Saya benar-benar minta maaf,” ucap Syanum gemetar.

“Jangan biasa minta maaf. Bekerjalah dengan benar dan satu lagi disiplin!”

“Iya, Dok. Saya mengerti,” balas Syanum mengangguk dan tetap menunduk karena takut melihat wajah dokter itu.

“Sekarang tugas kamu jaga IGD. Kalau besok kamu masih terlambat siapkan diri kamu untuk berhadapan dengan saya!” ucapnya lalu pergi menuju ruang dokter.

Syanum mengangguk lalu bernapas lega ketika Dokter Fariz melangkah menuju ruang dokter. Dokter dan perawat sampai melihat kejadian ini membuat Syanum hanya bisa menahan malu lalu ia berjalan menuju IGD. Walaupun perutnya belum diisi, tetapi Syanum akan tetap menjalankan tugasnya.

Menjadi anak co-ass bukanlah hal yang mudah. Co-ass atau nama lainnya 'dokter muda' adalah seseorang yang baru menyelesaikan S1 kedokteran dan menjalani program profesi selama dua tahun untuk mendapatkan title dokter.
Seorang co-ass sudah berhadapan dengan pasien dan makhluk yang selalu mengikuti kemanapun konsulen pergi.

“Sabar ya, Mbak co-ass. Dokter Fariz memang begitu, besok lagi jangan sampai terlambat ya,” ucap Mbak Indah, perawat bangsal.

“Iya, Mbak. Makasih ya. Kalau gitu aku ke IGD dulu ya Mbak,” balas Syanum sambil tersenyum.

“Assalamualaikum,” ucap Syanum sambil berjalan menuju IGD.

“Walaikumsalam, semangat!” ucap Mbak Indah sambil mengangkat tangan kanannya. Syanum mengangguk sambil tersenyum.

Syanum baru saja duduk setelah ke sana kemari diminta tolong oleh perawat maupun dokter, hari ini IGD benar-benar ramai sedari tadi pasien tidak henti-hentinya berdatangan. Ia juga bisa melihat perawat yang bolak-balik karena mengambil ini-itu dan lain sebagainya.

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang