Assalamualaikum teman-teman semua mohon maaf sekali dari kemarin Zahra selalu telat update chapter KATMTI. Karena Zahra banyak tugas dan ada ulangan harian. Jadi mungkin Zahra sedikit lama untuk update, tetapi bisa jadi setiap Zahra update langsung banyak gitu, hehe:) Mohon maaf ya teman-teman, tetapi insya Allah Zahra akan tetap update dan menyelesaikan cerita ini 🙏😍
Dibalik itu Zahra juga sedikit kesulitan mengenai riset tentang kedokteran yang akan Zahra bahas nantinya di cerita ini. Jujur, Zahra sampai enggak bisa nulis hanya karena riset. Risetnya berjam-jam nulisnya dikit banget 😭. Jadi mohon dimaklumi ya teman-teman semua 🙏😊
Mohon dukungan kalian ya, untuk tetap baca cerita ini. Jazakumullah ya Khairan Katsiira ❤️
Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️
“Ketika hati sudah tidak kuat memendam, lisanlah yang menjadi bukti atas segala rahasia hati yang sulit untuk diungkapkan.”
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu
Sekitar pukul empat sore Syanum mengemasi barang-barangnya, niatnya ingin melihat kondisi Kahfi setelah pulang jaga. Sebetulnya tadi pagi dia ingin melihat kondisi Kahfi.
Tetapi waktu seolah tidak mengizinkannya bertemu dengan Kahfi. Mungkin sore inilah waktu yang tepat untuk menjenguk laki-laki itu.
Bibirnya tak pernah berhenti mengucap syukur kepada Allah saat dia tahu bahwa Kahfi telah bangun dari tidur panjangnya. Segala kesedihan, kekhawatiran, dan ketakutan Syanum dengan kondisi Kahfi kini seakan sirna dan berganti rasa bahagia dan lega.
“Alhamdulillah, terima kasih Ya Rabb.”
Derap langkah kaki Syanum berhenti tepat di depan pintu ruang inap Kahfi, dirinya tidak langsung masuk takut apabila di dalam hanya ada Kahfi.
Setelah menimang-nimang akhirnya Syanum memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang berada di samping ruang inap Kahfi.Lima menit. Sepuluh menit. Tidak ada orang keluar ataupun masuk ke ruang inap Kahfi, tetapi Syanum hanya bisa menunggu kali saja ada juga yang menjenguk Kahfi jadi antara dirinya dengan Kahfi tidak hanya berduaan saja.
“Assalamualaikum Mbak Syanum,” salam seorang perempuan dengan seragam putih biru.
“Walaikumsalam Rara,” balas Syanum sambil tersenyum.
“Habis pulang sekolah?” tanya Syanum ramah.
“Hehe iya, Mbak. Sekalian main ke bengkel juga tadi,” balas Rara, senang dengan kehadiran Syanum.
“Mbak Syanum mau jenguk Mas Kahfi?” tanya Rara sambil menatap wajah Syanum. Syanum mengangguk sambil tersenyum tipis.
“Kenapa dari tadi enggak masuk aja, Mbak? Kan kasihan Mbak Syanum nunggu lama di situ,” ucap Rara sambil menunjuk kursi panjang yang baru saja diduduki oleh Syanum.
“Enggak apa-apa, Ra. Enggak dari lama kok, Mbak, di sini,” balas Syanum sambil mengangguk.
“Masya Allah Mbak Syanum. Meskipun lama, tetapi enggak buat Mbak Syanum berani untuk menjenguk Mas Kahfi yang nantinya hanya berduaan saja,” batin Rara sambil tersenyum menatap wajah Syanum.
“Oke bareng Rara aja yuk!” ajak Rara membuat Syanum mengangguk.
“Terima kasih ya,” ucap Syanum tulus.
“Sama-sama, Mbak. Silahkan masuk, Mbak,” ucap Rara dibarengi dengan membuka knop pintu.
Bismillah...
![](https://img.wattpad.com/cover/235115633-288-k142280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)
Romance[SUDAH ENDING] ~ [CHAPTER MASIH LENGKAP] "Karena hidup itu seperti secarik kertas putih, hanya dirinya sendiri yang mau memberikan warna atau justru menggoreskan titik hitam pada setiap kesempatan hidup yang Allah SWT berikan." Hidup itu selayaknya...