KATMTI - 16. Angin Rindu

485 37 103
                                    

Bismillah... Zahra mau kasih tahu ke kalian semua kalau di chapter 16 ini ada kejutan. Kejutannya apa? Yuk yuk baca, hihi. Happy reading, semoga suka ya 🙏❤️

“Seperti angin yang menggugurkan dedaunan, seperti inilah angin rinduku yang berharap dipertemukan.”

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu


“Ayah kenal dengan Fariz karena mendiang Papanya adalah teman Ayah, kami bekerja di rumah sakit yang sama. Bahkan Ayah tidak menyangka bisa bertemu dengan Fariz di sini apalagi melihat Fariz yang sekarang menjadi dokter, luar biasa sekali pasti Papanya sangat bangga. Ayah juga tidak menyangka kalau ternyata Fariz adalah dokter residenmu, Num. Seolah Allah mempertemukan kita kembali,” jelas sang Ayah.

Kini Ayah, Bunda, dan Syanum sedang duduk di kantin rumah sakit setelah selesai menjenguk Kahfi dan bertemu dengan orang tuanya.

“Walaupun Ayah dan mendiang Papanya berbeda agama, tetapi tidak membuat kami tercepah hanya karena itu. Namun, kami selalu bersikap toleransi sehingga hubungan pertemanan kami selalu baik. Ayah harap kamu juga begitu, Num. Dengan siapapun kita berteman atau bahkan dia guru kita tidak boleh bermusuhan hanya karena perbedaan,” kata Ayah membuat Syanum sedikit terkejut, namun dia tetap tersenyum kemudian mengangguk.

Sekarang Syanum sedang di kantin rumah sakit karena sebentar lagi operan jaga dan Syanum mendapatkan giliran shift malam ini.

Entah mengapa perkataan Ayahnya tadi siang membuat Syanum benar-benar terkejut, memang Syanum tidak berhak untuk bertanya apalagi tentang itu karena terlalu privasi.

Namun, lagi-lagi Syanum menggeleng sambil menghirup napasnya dalam-dalam bahwa Dokter Fariz berhak menganut agama apapun dan Syanum tidak ada hak untuk mencampuri urusan itu.

“Assalamualaikum Syanum,” ucap seseorang membuat Syanum mendongak.

“Walaikumsalam, Nis,” balas Syanum sambil tersenyum.

“Tadi siang aku lihat Ayah sama Bundamu ke rumah sakit ini, apa itu bener, Num? Atau aku yang salah lihat?” tanya Nisa sambil memandang ke arah Syanum.

“Iya bener kok, Nis. Memang tadi Ayah sama Bunda ke sini buat jenguk Kahfi,” balas Syanum membuat Nisa mengangguk.

“Gimana kondisi Kahfi?” tanya Nisa sambil duduk di hadapan Syanum.

Alhamdulillah sekarang Kahfi udah dipindahkan ke bangsal paviliun dan dia juga udah melewati masa kritisnya,” balas Syanum sambil tersenyum tipis.

Alhamdulillah seneng dengernya aku.” Syanum mengangguk sebagai balasan.

“Eh, Num,” panggil Nisa membuat Syanum menatap wanita itu.

“Kamu pernah mikir enggak si....” Nisa menggantungkan kalimatnya.

“Mikir apa, Nis?” tanya Syanum penasaran.

“Emm... Kahfi sampai segitunya ngelindungin kamu bahkan dia mempertaruhkan nyawanya demi kamu, Num. Kamu pernah mikir kalau bisa aja dia....” Nisa terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

“Dia apa, Nis?” tanya Syanum lagi.

“Kalau dia suka sama kamu,” balas Nisa membuat Syanum terkejut.

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang