KATMTI - 24. Melangkah Masing-Masing

390 35 47
                                    

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️

“Kamu adalah buku yang sudah selesai saya baca, tetapi saya harap buku itu tetap abadi dalam rak perjalanan hidup saya.”

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu

“Sya-num?” ucap mereka membeo membuat Dokter Fariz mengangguk cepat.

Kini giliran Dokter Fariz yang menunggu jawaban mereka, sepertinya mereka bingung sekaligus heran dengan permintaan Dokter Fariz malam ini yaitu bertemu dengan Syanum yang notabene adalah co-ass dokter itu.

“Ada di mana Syanum, Put?” tanya Dokter Fariz sambil menatap Putri yang merupakan teman jaga Syanum biasanya.

“Syanum ada di masjid rumah sakit, Dok. Tadi di—“

“Makasih.”

Belum selesai Putri berbicara, laki-laki itu sudah terlebih dahulu melangkahkan kakinya pergi menuju masjid rumah sakit. Sudah semua ruangan dia lihat tidak ada satupun Syanum di sana nyatanya wanita itu sedang bermunajat di masjid rumah sakit.

Laki-laki itu menunggu di depan masjid, banyak orang-orang berlalu lalang keluar masuk masjid membuat Dokter Fariz hanya tersenyum tipis menyapanya.

Mungkin mereka sedikit terkejut dengan kehadiran Dokter Fariz di masjid, namun mereka mengurungkan niatnya untuk bertanya sebab mungkin Dokter Fariz sedang memiliki urusan sendiri.

“Cari siapa, Dok?” tanya seorang co-ass yang Dokter Fariz kenali itu adalah Anisa teman dekat Syanum.

“Syanum. Ada?” Nisa meneguk salivanya ketika mendengar jawaban Dokter Fariz.

Nisa akhirnya mengangguk. “Ada sebentar, Dok.”

Kemudian wanita itu kembali masuk ke dalam untuk menemui sahabatnya, Dokter Fariz hanya menunggu sembari menyandarkan tubuhnya di dinding dan memasukkan salah satu tangannya ke saku celana.

“Selamat malam, Dok,” ucap Syanum sopan yang di belakangnya terdapat Nisa.

“Malam,” balas Dokter Fariz sambil mengangguk.

“Maaf sebelumnya, Dok. Bolehkah Nisa tetap di belakang saya? Supaya tidak terjadi fitnah di antara saya dengan Dokter,” pinta Syanum sembari menoleh ke belakang.

“Iya boleh, silahkan,” kata Dokter Fariz menuruti permintaan Syanum.

Nisa hanya berjarak lima langkah dari tubuh Syanum, namun tetap saja Nisa berusaha untuk tidak tahu menahu dan tidak mendengarkan takut apabila itu menyangkut masalah privasi di antara keduanya. Nisa tahu bahwa Syanum adalah wanita baik-baik.

“Saya ke sini ingin meminta maaf sama kamu. Maaf, kemarin saya sempat membencimu, mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu. Saya minta maaf, Num, semoga kamu berkenan memaafkan saya,” ujar Dokter Fariz to the point.

“Kamu sepenuhnya tidak salah, mungkin itu memang permintaan Mama supaya kamu merahasiakan hal itu dari saya. Mama menginginkan saya untuk fokus ujian spesialis karena itu memang keinginan saya dari dulu padahal seharusnya saya juga bisa fokus dengan penyembuhan Mama,” lanjut Dokter Fariz kepada Syanum.

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang