Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️
"Maafkan aku yang terlambat menyadari bahwa hatimu jauh lebih dulu terluka sebab ketidaktahuanku atas caramu menolongnya."
-Kahfi Rahman Firdausy-
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu
Seorang laki-laki dengan jas dokter sedang duduk di ruangannya, kedua matanya fokus membaca hasil pemeriksaan lab yang sudah menumpuk di meja kerjanya. Tanpa dia sadari lengkungan bibir sabit tercetak di bibirnya kala mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
"Ekhem."
Deheman seseorang membuatnya menoleh ke arah pintu ruangannya yang terbuka, terlihat seorang laki-laki berjas dokter sambil tersenyum dan bersandar di pintu ruangan.
"Kenapa nih Pak Dokter senyum-senyum?" tanya orang tersebut sembari duduk tanpa meminta persetujuan orang di depannya.
Laki-laki di depannya tidak berniat menjawab justru tatapannya kembali fokus ke hasil pemeriksaan lab yang seolah meminta untuk diperiksa.
"Zam, ada tiga co-ass baru dari stase penyakit dalam masuk ke stase bedah ya. Nanti ditambah juga dari stase obgyn," kata laki-laki bernama Fikri yang merupakan dokter residen dermatologist and venereologist.
"Oke, anaknya mana?" tanya Hazm yang kemudian tiga wanita memasuki ruangannya sambil menunduk.
Fikri menepuk pundak temannya kemudian berlalu untuk melanjutkan kembali pekerjaannya, artinya Fikri sudah memasrahkan semuanya kepada Hazm sehingga dia lepas tangan begitu saja.
"Silahkan duduk," ucap Hazm mempersilahkan tiga wanita yang akan menjadi anak didiknya.
Tanpa laki-laki itu sadari ada satu wanita yang sedari tadi tidak mengangkat kepalanya karena dia sangat malu untuk bertemu laki-laki itu. Hazm yang menyadari itu hanya tersenyum singkat kala dirinya tidak asing dengan satu wanita yang ada di depannya.
"Nama kalian siapa?" tanya Hazm yang sesekali fokusnya kepada kertas yang sedang dia periksa.
"Nama saya Alisa Nabila biasa dipanggil Lisa, Dok," jawab Lisa sambil tersenyum simpul.
"Nama saya Zafira Airin bisa dipanggil Airin, Dok." Hazm mengangguk kemudian pandangannya fokus kepada satu orang wanita yang sedari tadi hanya menunduk.
"Nama kamu Syanum kan?" tanya Hazm membuat wanita itu akhirnya mendongak.
Mata keduanya beradu, segera Syanum maupun Hazm saling menundukkan pandangannya. Syanum mengangguk sambil tersenyum simpul sebagai jawaban dokter residen bedah itu.
"Nama saya Syanum Mutiara Mushaf. Bi-biasa dipanggil Syanum, Dok," jawab wanita itu gugup membuat Hazm menutup mulutnya supaya tidak tertawa.
Laki-laki itu hanya mengangguk sembari menyerahkan ketiganya form biodata untuk diisi yang memang biasanya diberikan kepada co-ass ketika pertama kali datang ke stase baru. Sesekali ujung matanya melirik kepada wanita bernama Syanum yang tengah mengisi biodata.
"Kalian mau kenalan sama saya enggak?" tanya Hazm sambil terkekeh pelan.
Tiga wanita yang sedang mengisi biodata itu seketika mendongak dan kemudian mengangguk sebagai jawabannya. Mungkin mereka heran dengan dokter residen bedah kali ini, kenapa gokil sekali? Sedangkan Syanum hanya bisa diam karena dia sudah tahu humor dokter yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)
Romansa[SUDAH ENDING] ~ [CHAPTER MASIH LENGKAP] "Karena hidup itu seperti secarik kertas putih, hanya dirinya sendiri yang mau memberikan warna atau justru menggoreskan titik hitam pada setiap kesempatan hidup yang Allah SWT berikan." Hidup itu selayaknya...