KATMTI - 19. Teman?

384 32 42
                                    

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️

“Tidak ada pertemuan yang sia-sia, Tuhan telah menuliskan sedemikian rupa. Saling berterima kasih merupakan proses bagian takdir yang telah dituliskan oleh-Nya.”

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu

“Apa kamu sudah memikirkan jawaban tentang ucapan saya kemarin?”

“Ya Tuhan! Untung aja enggak keceplosan ini mulut,” batin Dokter Fariz sambil menepuk jidatnya pelan.

“Ada apa, Dok?” tanya Syanum sambil menunduk.

“Sebentar lagi visit,” kata Dokter Fariz membuat Syanum mengangguk.

“Baik, Dok,” balas Syanum sembari membalikkan badan dan berjalan untuk mempersiapkan segala hal karena sebentar lagi visit residen.

Dokter Fariz mengucap sumpah serapah pada dirinya sendiri sebab dia hampir saja keceplosan menanyakan hal itu. Kemudian Dokter Fariz tersenyum tipis sembari menatap kertas yang tadi telah disusun rapi oleh Syanum.

“Kertas bisa bikin kamu jatuh cinta? Sejak kapan? Kok aku sama kertas enggak ada cinta-cintanya tuh,” celetuk seseorang membuat Dokter Fariz langsung mendongak.

“Enggak ada,” balas Dokter Fariz yang malas berdebat dengan sepupunya.

“Masa? Buktinya ada tuh,” ucap Dokter Kevin.

“Jangan-jangan, kamu lagi jatuh cinta ya? Sama siapa?” Dokter Kevin menatap wajah Dokter Fariz.

“Sok tahu!” lontar Dokter Fariz sambil berlalu pergi.

“Yah, enggak asyik!” sahut Dokter Kevin, namun diabaikan oleh Dokter Fariz.

Setelah itu Dokter Fariz duduk di ruangannya kemudian memakai jas putih dan berjalan keluar karena sebentar lagi dirinya akan memulai visit. Kaki jenjangnya menyusuri koridor-koridor rumah sakit dan beberapa perawat maupun keluarga pasien saling menundukkan kepalanya ketika berpapasan dengan Dokter Fariz.

Akhirnya sampai juga dirinya di bangsal dan para co-ass sudah berkumpul di sana membuat mereka langsung berjalan di belakang tubuh Dokter Fariz. Memeriksa semua kondisi pasien dengan status pasien yang sudah ditulis oleh para co-ass.

Dokter Fariz melakukan semuanya dengan baik, tegas, dan jelas dia tidak ingin hal yang dahulu terulang kembali dengan pasien merekayasa keadaannya. Dokter Fariz melakukan semuanya dengan profesional dia tidak ingin masalah hatinya terbawa dalam urusan pekerjaannya.

•••

“Assalamualaikum, aku duluan ya!” ucap Syanum kepada teman co-ass yang lain.

“Walaikumsalam, hati-hati, Num,” balas mereka membuat Syanum mengangguk.

Kemudian Syanum berjalan melewati koridor rumah sakit, niatnya sore ini yaitu ingin mampir ke rumah Kahfi untuk menjenguk laki-laki itu. Tetapi sepertinya Syanum ingin membeli buah untuk dibawa ke sana. Bismillah, semoga Allah melindungi dirinya.

“Assalamualaikum, Syanum!” teriak Nisa yang baru saja meletakkan motornya di parkiran.

“Walaikumaalam, Nis. Kamu jaga malam?” Nisa mengangguk sebagai balasannya.

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang