Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️
“Selamat tinggal, cinta pertamaku. Semoga kebahagiaan selalu datang kepadamu.”
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu
“Kahfi!”
Teriak suara seseorang membuat laki-laki itu menolehkan kepalanya, dia bisa melihat kedua temannya sedang berjalan menuju ke arahnya sembari melambaikan tangan. Hal itu membuat Kahfi tersenyum dan balas melambaikan tangan mereka.
“Assalamualaikum,” ucap keduanya kompak.
“Walaikumsalam,” balas Kahfi sambil tersenyum.
“Langsung pulang, Pak?” tanya Yusuf sembari menatap Kahfi. Yang ditatap hanya mengangguk kecil.
“Saya boleh nebeng enggak, Pak? Sampai pertigaan depan doang kok. Please!” ucap Yusuf memelas membuat Zulfan memutar bola matanya malas.
“Modal, Suf, modal,” sindir Zulfan membuat Yusuf menatap tajam kaki-laki itu.
“Iya boleh,” balas Kahfi sembari berjalan.
“Yes! Makasih Bapak Kahfi yang terhormat,” kata Yusuf sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
“Sama-sama. Kamu bareng juga enggak?” Kahfi melontarkan pertanyaannya kepada Zulfan membuat laki-laki itu menggeleng pelan.
“Enggak, Fi. Saya bawa mobil sendiri tadi,” balas Zulfan membuat Kahfi mengangguk.
Kini ketiganya berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang lumayan sepi, hanya beberapa keluarga pasien yang sepertinya bolak-balik dari rumah ke rumah sakit membuat ketiga laki-laki itu tersenyum dan mengangguk saat berpapasan.
“Kamu enggak ada rencana buat ta'aruf sama Syanum?”
Pertanyaan Yusuf membuat Kahfi menghentikan langkahnya, kepalanya menoleh ke arah kaki-laki itu.
Dirinya sendiri bingung menjawab apa, sebenarnya memang harus disegerakan. Tetapi Kahfi tipekal orang yang menimang-nimang dulu sebelum mengambil keputusan.
“Kepo kowe dadi wong,” ujar Zulfan sambil terkekeh pelan. Terjemahan – “Kepo kamu jadi orang.”
“Yee... Saya kan tanya aja, Fan. Memastikan aja ke Kahfi kalau dia benar-benar serius sama Syanum, saya sebagai sahabat dukung seratus persen,” balas Yusuf menggebu-gebu.
“Mantap. Setuju saya kali ini,” kata Zulfan sembari mengacungkan jempol ke arah Yusuf.
“Enggak perlu takut, Fi. Kalau niat kamu memang baik In Syaa Allah nanti Allah sendiri yang bantu kamu. Yang penting kamu mau berusaha dan kamu membuktikan bahwa kamu memang serius sama Syanum, tentang perasaan Syanum ke kamu serahkan aja ke Allah. Dia Sang Pembolak-balik hati manusia,” lanjut Zulfan sambil menatap Kahfi.
“Harus disegerakan, Pak, takutnya menimbulkan zina. Terkadang kita enggak sadar ada perbuatan kita yang menimbulkan zina karena setan selalu menghasut manusia. Keburu Syanum diambil orang lain entar hehe,” tutur Yusuf sambil terkekeh pelan.
“Makasih masukannya. Saya mau salat malam dulu untuk meminta petunjuk sama Allah,” balas Kahfi sembari melanjutkan langkahnya.
Di parkiran rumah sakit Kahfi dan Yusuf masuk ke dalam mobil kaki-laki itu sedangkan Zulfan mengendarai mobilnya sendiri. Sore ini sedikit mendung dan sepertinya hujan akan turun mengguyur Kota Yogyakarta.
“Fi,” panggil Yusuf sepertinya laki-laki itu sedang serius.
“Kenapa?” tanya Kahfi sambil menoleh ke arah laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)
عاطفية[SUDAH ENDING] ~ [CHAPTER MASIH LENGKAP] "Karena hidup itu seperti secarik kertas putih, hanya dirinya sendiri yang mau memberikan warna atau justru menggoreskan titik hitam pada setiap kesempatan hidup yang Allah SWT berikan." Hidup itu selayaknya...