Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️
“Ikhlas tidaklah mudah karena di dalamnya ada sebuah pengorbanan yang luar biasa setelah kamu meletakkan kata ikhlas itu.”
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu
“Allahuma shoyyiban nafi'an,” ucap Syanum ketika melihat hujan turun membasahi tanah.
Kaki Syanum terasa lemas, ia memilih duduk di kursi tunggu. Walaupun ia tahu bahwa kereta api yang akan membawanya ke Jakarta telah berangkat namun, tidak membuatnya putus semangat.
Setelah menetralkan hati dan juga pikirannya kini langkahnya kembali berjalan menuju loket penjualan tiket, sebetulnya ia sudah tahu apabila ia memesan sore ini pasti tiketnya sudah habis atau bisanya berangkat malam. Namun, Syanum tetap optimis.
“Mbak! Mbak!” Suara petugas membuat Syanum menoleh.
“Iya ada apa, Pak?” tanya Syanum ramah.
“Mohon maaf sekali, Mbak. Ternyata kereta api yang, Mbak, tanyakan tadi sedang mengalami keterlambatan jadi harus menunggu sekitar dua puluh menit. Mohon maaf sekali tadi saya salah menjawab pertanyaan, Mbak. Saya selaku petugas meminta maaf yang sebesar-besarnya.”
“Alhamdulillah terima kasih Ya Allah Engkau mengizinkanku untuk tetap pergi,” ucap Syanum sembari mengucap syukur berkali-kali.
“Sekali lagi saya meminta maaf atas kekeliruan saya dalam melayani calon penumpang terutama, Mbak,” ucap Bapak itu sungguh-sungguh.
“Tidak apa-apa, Pak. Saya berterima kasih karena sudah diberi tahu pasti akan saya tunggu, Pak,” balas Syanum sembari tersenyum.
“Iya, Mbak. Terima kasih kembali, mohon untuk ditunggu. Selamat jalan dan hati-hati,” ucap petugas itu sambil tersenyum dan pamit terlebih dahulu.
“Iya, Pak.” Syanum mengangguk lalu kembali ke kursi tunggu.
Di stasiun ini Syanum melihat banyak orang yang berpergian sembari melambaikan tangan ke arah keluarganya atau orang yang baru saja tiba di Kota Yogyakarta ini sambil tersenyum bahagia.
Setelah menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya kereta tiba membuat calon penumpang beramai-ramai menyerbu.
Para petugas saling bekerja sama untuk keamanan juga kenyamanan calon penumpang. Kereta api berhenti dan pintu terbuka membuat Syanum melangkahkan kakinya sembari menggenggam erat gagang kopernya.
“Bismillahirrohmanirrohim....”
•••
“Shodakallahuladzim....”
Selesai melantunkan ayat suci Al-Qur’an, Kahfi bangkit dari tempatnya lalu melipat sajadah dan menaruhnya di pundak.
Jamaah salat maghrib sore ini sangat banyak karena terdapat bapak-bapak yang sudah pulang dari kerjanya atau anak remaja yang selesai melakukan aktivitas juga tugasnya.
“Assalamualaikum, Mas Kahfi,” ucap pria paruh baya itu. Pria itu adalah imam salat maghrib tadi.
“Walaikumsalam, Kyai. Wonten nopo?” Kahfi bertanya ramah. Terjemahan – “Walaikumsalam, Kyai. Ada apa?”
![](https://img.wattpad.com/cover/235115633-288-k142280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)
Romance[SUDAH ENDING] ~ [CHAPTER MASIH LENGKAP] "Karena hidup itu seperti secarik kertas putih, hanya dirinya sendiri yang mau memberikan warna atau justru menggoreskan titik hitam pada setiap kesempatan hidup yang Allah SWT berikan." Hidup itu selayaknya...