Flashback
"Atlas, kalo lo kesepian malam ini... atau kalo lo lapar, lo bisa ke rumah gue."
Atlas terkekeh sembari menyentuh hidung bangirnya. "Di otak lo sekarang kayaknya cuma soal perut ya. Gak bosen apa nyuruh gue makan terus?"
Zea menggelengkan kepalanya. "Enggak, sampai gue bener-bener lihat lo makan," jawab Zea. "Lagian lo gak laper apa dua hari ngurung diri tanpa makan apa-apa?"
"Sebenernya gue ngerokok aja udah kenyang, Ze."
Tatapan Zea yang semula khawatir kini berubah menjadi kesal saat mengetahui itu. "Jadi selama dua hari ini lo ngerokok terus?!"
Atlas mengaduh saat Zea mendekat dan menampar lengannya.
"Lo ngerokok terus selama dua hari?!" tanyanya lagi kini lebih galak.
Atlas tertawa saja melihat wajah kesal Zea.
"Atlas!" Bentak Zea. "Lo tuh bener-bener ya, bisa-bisanya gak makan tapi malah ngerokok!" Zea memukuli Atlas sampai pemuda itu meminta ampun.
Setelah puas dan lelah baru Zea berhenti. "Sekarang makan gak?!"
"Iya-iya. Ayo ke rumah lo dan silakan liatin gue makan sampe lo puas," ucap Atlas. "Tapi ini bukan cuma karena gue laper, ada yang harus gue jelasin sama lo," lanjutnya lalu melewati Zea begitu saja dan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
Zea cepat-cepat menyusul, dan meminta Atlas untuk duduk di kursi meja makan. Sedangkan ia memanaskan makanan terlebih dulu.
Atlas bergumam, pandangannya mengitari rumah bernuansa putih susu yang terasa lengang itu. "Tante Lyliana udah tidur?"
Zea menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak, mama lembur kerja," sahut Zea mendekat, meletakkan semangkuk sup ayam yang masih mengepulkan asap dihadapan Atlas. Bau harum dari sup ayam langsung tercium ke rongga hidung pemuda itu, membuat rasa laparnya tergugah. Atlas memang lapar dari kemarin, karena perutnya benar-benar kosong. Hanya saja rasa sedih dan terpuruk yang mendominasi membuat nafsu makannya menghilang. Tapi semangkuk sup ayam yang di hidangkan Zea malam ini berhasil mengembalikan nafsu makannya, ajaib.
"Selamat makan," ucap Zea setelah sebelumnya menyiapkan nasi.
Atlas mengangguk saja, mulai mencicipi supnya sebelum menghabiskannya dengan tenang. Zea memangku dagu, mengulum senyum memandangi Atlas makan. Atlas itu kalau sedang makan jadi terlihat imut, apalagi pemuda itu masih menerapkan ucapan tante Farah, yang mengharuskan kita diam saat makan. Zea jadi gemas rasanya.
Beberapa menit berlalu, Atlas sudah menyelesaikan makannya, kini pemuda itu duduk disofa panjang yang ada di ruang tengah rumah Zea. Menyandarkan kepalanya yang terasa berat disandaran sofa dan Memejamkan mata sejenak sembari menunggu Zea menyelesaikan urusannya di dapur.
Tidak butuh waktu lama, Zea sudah menghampiri Atlas. Matanya melebar menemukan pemuda itu nampak tertidur di sofa. Kini ia berjalan perlahan mendekati Atlas dan mendudukan bokongnya di sebelah pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Roman pour AdolescentsJudul Awal: How Would You Feel? Di dunia ini, Zea hanya menginginkan tiga hal. 1. Selalu bersama mama, 2. Bertemu papa dan, 3. Atlas. Kehilangan seorang ayah diusianya yang masih kecil membuat Zea sangat bergantung kepada sang mama. Ia tidak ingin d...