Iridescent | Bagian 2

6.8K 527 16
                                    

"Liptint gue mana?"

"Bedak dong bedak."

"Kaca mana kaca?!"

"Gue udah cantik belom?"

"Zea yaampun gue udah cantik belum?!" Gadis cantik berambut panjang lurus itu mencebik sebal, menggoyang-goyangkan lengan Zea yang sejak tadi tidak acuh terhadap pertanyaan-pertanyaannya.

Namanya Cantika Gladis, teman Zea yang paling ribet soal penampilan. Selalu menomor satukan penampilan dimana pun dan kapanpun, mau keadaan segenting apapun yang akan ia tanyakan pertama kali adalah, "gue udah cantik?" atau "gue masih cantik kan?" Hidupnya tidak jauh-jauh dari peralatan make up, sisir lipat, liptint dan cermin kecil kesayangan gadis itu akan selalu bisa ditemukan dalam tasnya.

Padahal tanpa susah-susah make up pun sesuai dengan namanya, Cantika termasuk siswi yang lumayan di kenal karena kecantikannya yang menarik perhatian dari semua kalangan sejak MOS dulu.

Gadis itu bahkan sudah punya followers beribu-ribu di sosial medianya, juga banjir endors dari berbagai produk kecantikan, kadang malah diluar dari produk kecantikan. Ia juga jadi incaran hampir semua cowok di Pradipta terutama adik kelas. Tidak jarang Cantika curhat mengenai cowok-cowok yang ia sukai, namun tak pernah ia pacari.

"Zea!"

Zea melengos pelan, menarik tangannya yang sejak tadi digoyang-goyangkan oleh Cantika. "Udah cakep udah, nggak ada yang bisa ngalahin kecantikan Queen Cantika Gladis di Pradipta mah."

"Aaa bisa aja si Zeze." Cantika mencubit pipi Zea gemas membuat gadis itu meringis.

"Ke kantin aja kayak mau ke diskotik pake acara liptint dan teman-temannya," celetuk seorang gadis yang baru saja menghampiri keduanya. Gadis itu baru kembali dari toilet.

Ini nama lengkapnya Amera Kineta, Gadis tomboy dengan sejuta pesona. Di jadikan panutan atau role model bagi kebanyakan junior-junior imut karena kharismanya yang kuat. Walau tomboy, Mera tetap sadar kalau dirinya perempuan, maka dari itu rambutnya tetap panjang dan berpenampilan selayaknya cewek normal tapi macho. Gadis yang sering mengepang rambutnya tinggi itu sudah menjadi sahabat Zea sejak mereka masuk SMA karena kebetulan selalu di pertemukan di kelas yang sama hingga mereka sekarang sudah kelas dua belas.

Cantika menghela napas, mengambil liptint berbentuk eskrim di sakunya dan memakainya di depan cermin dengan penuh penghayatan. Gerakan tangannya yang lincah dan hasil yang rapi menandakan betapa terbiasanya seorang Cantika gladis dengan benda itu. Terakhir, gadis itu menyatukan bibirnya dan mengecap beberapa kali demi merapikan liptint lalu menoleh pada Amera.

"Amera," panggil gadis itu dengan lembut, menutup liptintnya sebelum memasukkannya kembali dalam saku seragamnya. "Tampil cantik itu suatu keharusan bagi kaum wanita karena itu adalah bentuk mencintai diri sendiri. Waria kayak lo mana ngerti betapa pentingnya tampil cantik bagi seorang perempuan," katanya sembari mengibaskan rambut dengan sok anggun membuat Zea merapatkan bibir menahan tawa.

"Bodo amat!" ketus Mera tidak peduli.

***

Empat pemuda tampan itu berjalan beriringan memasuki kantin yang ramai di istirahat pertama. Mengobrol bersama membuat sebagian murid khususnya para siswi rela menghentikan aktivitas mereka sejenak hanya demi melihat para cowok ganteng itu. Bukan tanpa alasan kenapa semua mata tertuju pada empat pemuda itu. Bayangkan saja pentolan sekolah seperti Atlas si cowok cool yang dulu menjabat sebagai Ketua Klub Olimpiade, Benardi si kapten Futsal terbaik di masanya yang tahun ini akan lengser, Daffa cowok kalem berwajah soft bak pangeran yang sudah jadi incaran sejak zaman MOS karena visualnya yang bukan main, apalagi sifatnya yang tenang di berbagai kesempatan membuat semua wanita klepek-klepek, juga ada Rifky yang dari kelas sepuluh saja sudah menarik perhatian karena betapa easy goingnya pada siapapun yang ia ajak bicara. Meski sifatnya petakilan dan iseng justru itu yang membuat para adik kelas merasa gemas. Dan ke empatnya di takdirkan menjadi sahabat sejak kelas sepuluh hingga saat ini. Circle yang sempurna dengan ketampanan paripurna.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang