Asik update!
"Zea... Zeaaaa!"Zea membalikkan tubuhnya lalu mendapati Cantika yang berlari menghampirinya sedangkan keempat sahabatnya yang lain berjalan seperti biasa.
"Mau pada kemana?" tanya Zea setelah semuanya mendekat.
"Ke rumah Atlas boleh gak?" Bukannya menjawab, Cantika malah balik bertanya.
"Mau ngapain?" Zea kembali bertanya.
"Mau kita ajakin dangdutan ama koplo-an, Ze." Rifky yang tengah menggenggam es cekeknya menyahut santai.
Balasan Rifky membuat Daffa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Ya seenggaknya kasih dia semangat dan buktiin ke Atlas kalau dia gak akan sendirian dan kesepian."
Zea diam tampak berpikir. Tidak ada alasan untuk menolak dan sepertinya kedatangan teman-temannya bisa membuat Atlas lebih baik.
Dan kini mereka semua telah berada didepan kamar Atlas yang tertutup rapat. Saling menatap satu sama lain sampai akhirnya Daffa maju lebih dulu untuk mengetuk pintu didepannya beberapa kali.
Zea menunduk menatap kotak bekal yang ternyata masih berada ditempat terakhir kali ia tinggalkan. Atlas tidak keluar sama sekali.
Mera dan Cantika yang berada di kedua sisi Zea saling menatap. Bertanya lewat tatapan matanya bagaimana cara membuat Zea agar tidak sedih. Karena tadi di sekolah gadis itu sempat bercerita bahwa ia berbicara panjang lebar dengan benda mati--pintu kamar Atlas sampai mulutnya berbusa bila tidak segera menghentikan omong kosongnya.
Zea juga berpikir keras tentang kata-kata apa yang harus ia tulis di note yang ia tempelkan diatas kotak makan yang nyatanya ditemukan seperti tidak tersentuh sama sekali setelah ditinggal oleh pemiliknya.
"Ze," panggil Cantika membuat Zea mendongak menatapnya. "Lo gak papa 'kan?" tanya Cantika.
Zea kembali menunduk. "Gue sedih Atlas gak makan apa-apa dari kemarin."
Mera mengusap punggung Zea. "Sekarang dia pasti keluar, mereka pasti berhasil bujuk Atlas," ucapnya sembari menunjuk ketiga teman laki-lakinya. "Setelah itu lo bujuk Atlas makan."
Zea mengangguk saja lalu menatap Daffa yang tengah berusaha membujuk Atlas agar keluar dari kamar. Berharap pemuda itu akan berhasil.
Rifky yang berdiri disebelah Ben merogoh saku celananya. Mengeluarkan seribu koin lalu menyodorkannya kepada Ben membuat pemuda berhoodie navy itu menatapnya heran.
"Ini tadi buat ganti uang bensin yang kurang," ucap Rifky.
Ben mendelik sinis. "Gue kira kita temen deket, perkara duit seribu aja masih lo balikin," gerutunya.
Cantika yang menyaksikan itu menghela napas lalu mengambil posisi ditengah keduanya lalu mengambil uang koin dari tangan Rifky. "Kalian tuh!" Cantika memasukan koin tersebut ke dalam saku roknya. "Lagi gini masih aja sempet-sempetnya nge-random."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionJudul Awal: How Would You Feel? Di dunia ini, Zea hanya menginginkan tiga hal. 1. Selalu bersama mama, 2. Bertemu papa dan, 3. Atlas. Kehilangan seorang ayah diusianya yang masih kecil membuat Zea sangat bergantung kepada sang mama. Ia tidak ingin d...