Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, tapi hujan di luar masih saja turun walau sudah tidak sederas tadi. Hujan yang awet dan suasana yang dingin membuat seisi rumah Atlas kelaparan dan ingin makan yang hangat-hangat. Pada akhirnya mereka membuat mie instan.
Setelah selesai makan, Zea membawa mangkok-mangkok kotor ke dapur. Dibantu Mera dan Cantika yang mengusungi gelas juga sisa-sisa sampah bekas cemilan dan sisa buah yang mereka bawa. Para cowok tetap berada di ruang tengah Atlas, melanjutkan menonton film yang mereka tonton sambil makan tadi. Meja di tengah ruangan sudah di geser ke samping, Dengan Roland duduk di ambal sembari bersandar di depan sofa. Ben, Daffa dan Rifky gelesoran tak jauh darinya, sedangkan Atlas tiduran di Sofa panjang belakang Roland.
Di dapur, Cantika menuju ke sudut ruangan dimana tempat sampah berada. Gadis itu membuang sampah lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Zea bersiap mencuci mangkok-mangkok dan beberapa gelas kotor yang mereka gunakan tadi, Mera menuju ke arah kulkas, hendak menaruh sisa buah-buahan di dalam sana.
Gadis maco yang kini sudah mengganti rok abunya dengan celana olahraga khas sekolahnya itu melebarkan mata melihat potongan setengah buah berdaging merah merona yang terbungkus plastik wrap.
Gadis itu bergegas menaruh buah-buahan sisa parsel tadi dan mengambil semangka itu.
"Ze, gue boleh minta semangkanya gak?" Izin Mera menghampiri Zea yang berdiri di depan wastafel tengah mencuci bekas makan mereka tadi.
Zea menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menoleh. "Ambil aja, sayang juga kalo gak di makan." Katanya mengangguk pada Mera kemudian melanjutkan cuci piringnya.
Mera tersenyum senang, gadis itu menuju pantry dan membelah semangkanya menjadi potongan kecil. Ia juga memotong menjadi beberapa bagian sebelum mengambil untuk ia makan. Bersamaan dengan itu Cantika keluar dari kamar mandi, menuju ke pantry dan langsung mencomot satu semangka yang baru di potong Mera.
"Lama banget lo di kamar mandi." Komentar Mera melihat Cantika baru datang.
"Namanya juga BAB." Sahut gadis dengan bando pink itu tak peduli. Ia lalu menoleh pada Zea. "Udah selesai Ze?"
Zea mengangguk tanpa melihat sang penanya, sibuk menata mangkok dan gelas yang barun ia cuci ke tempatnya. "Udah mau selesai nih, kalian duluan aja ke depan."
"Oke deh." Mera menyahut. Lalu ia dan Cantika keluar terlebih dulu dari dapur.
Kedatangan Mera dan Cantika ke ruang tengah membuat atensi Roland yang semula pada layar kaca di depannya kini teralih pada mereka berdua. Pemuda itu menolehkan kepala kiri dan kanan, mencari Zea.
"Zea mana?" Tak kunjung menemukan Zea akhirnya Roland bertanya pada Cantika yang mengambil tempat di sebelahnya.
Cantika yang tengah menghidupkan ponselnya menoleh. "Masih di dapur," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionJudul Awal: How Would You Feel? Di dunia ini, Zea hanya menginginkan tiga hal. 1. Selalu bersama mama, 2. Bertemu papa dan, 3. Atlas. Kehilangan seorang ayah diusianya yang masih kecil membuat Zea sangat bergantung kepada sang mama. Ia tidak ingin d...