Yey kembali setelah lama menghilang!
Sering-sering komen ya biar aku sama Kakia semangat update nya❤
Zea menatap pantulan dirinya dicermin yang berada dihadapannya. Ini sudah pagi, namun ia masih memikirkan kejadian tadi malam. Tentang Caramel yang diperkenalkan sebagai anak dari papa Atlas.Ia bersama dengan Atlas bukan satu atau dua bulan, melainkan bertahun-tahun. Aneh saat ia baru mengetahui siapa Caramel. Entah Atlas yang sengaja menyembunyikan atau Zea-nya saja yang tidak peka dan bodoh.
Jika diingat-ingat memang perlakuan Atlas kepada Caramel layaknya seorang kakak pada adik. Bahkan jika diperhatikan dan dipikirkan, panggilan Caramel kepada Atlas tentu sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan. Beberapa kali ke rumah Rifky, Zea memang seringkali mendengar Rahel- adik Rifky memanggil Aa kepada pemuda itu.
"Zea."
Zea tersadar oleh teriakan mamanya. Keluar dari dunia di dalam kepalanya.
"Iya, Ma."
Zea cepat-cepat melangkah keluar kamar lalu menuruni undakan tangga setelah itu menghampiri mamanya yang telah menyiapkan sarapan pagi untuknya. Gadis itu duduk disalah satu kursi meja makan. Tangannya terangkat untuk meraih susu hangat lalu meneguknya pelan.
"Kenapa nih anak mama kayak lesu gini?" tanya Lilyana sembari menangkup dagu Zea beberapa saat.
Zea tersenyum masam lalu menggelengkan kepalanya membuat Lilyana merapatkan bibirnya. Memilih untuk tidak bertanya lebih banyak.
"Ini." Lilyana menyimpan tempat makan di hadapan Zea. "Ini sarapan Atlas, nanti sebelum berangkat kamu kasih ke dia," ucap Lilyana.
Zea mengangguk pelan.
"Dan kayaknya Atlas jangan sekolah dulu untuk sehari atau dua hari ini."
Lagi-lagi Zea hanya mengangguk tanpa menatap Lilyana dan tak lama setelah itu suara bel terdengar membuat Lilyana menarik kedua sudut bibirnya.
"Kamu sarapan dulu, Mama mau buka pintu," ucap Lilyana setelah itu beranjak pergi.
Zea mengernyit. Siapa yang bertamu sepagi ini? Tanyanya dalam hati, dan pertanyaannya itu terjawab saat mamanya kembali bersama seorang pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan gagah.
"Zea--"
Lyliana menghentikan ucapannya saat Zea bangkit dari duduknya sembari meraih tempat makan yang di siapkan untuk Atlas lalu menatap Mama dan pria di sebelahnya dengan sinis.
Tanpa sepatah kata pun langsung saja melangkahkan kakinya ke pintu utama. Ia kembali teringat jika dirinya tengah marah kepada Mamanya. Zea membuka gerbang rumah dengan kasar. Menatap ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak akan ada kendaraan yang melintas.
Zea berjalan menuju rumah di hadapannya setelah sebelumnya memastikan tidak akan ada kendaraan yang melintas. Sama dengan caranya membuka gerbang rumahnya, Zea juga membuka gerbang rumah Atlas dengan kasar lalu dengan langkah yang cepat memasuki rumah Atlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Подростковая литератураJudul Awal: How Would You Feel? Di dunia ini, Zea hanya menginginkan tiga hal. 1. Selalu bersama mama, 2. Bertemu papa dan, 3. Atlas. Kehilangan seorang ayah diusianya yang masih kecil membuat Zea sangat bergantung kepada sang mama. Ia tidak ingin d...