Setelah sekian lama akhirnya update...
Ada yang nungguin? Semoga ada ya.
Happy Reading❣️
------------------------------------------------
Lilyana menyentuh pundak Zea yang tengah mencuci piring di wastafel membuat gadis itu menoleh menatap Mamanya."Kamu temuin Atlas di kamarnya, sekalian ambilkan dia makan. Mama khawatir, barusan Mama liat dia berantem sama Papanya."
Zea diam sesaat.
"Mama akan bicara dengan Papanya Atlas. Mama udah siapin makanan untuk Atlas, tinggal kamu ambil di meja," ucap Lilyana dan kali ini membuat Zea mengangguk.
Zea membilas tangannya, lalu mengeringkan tangan menggunakan lap. Setelah melepas apron yang sedari tadi ia pakai, Zea segera mengantar makanan untuk Atlas.
Zea melangkah pelan menaiki undakan tangga menuju kamar Atlas. Sedikit terkejut melihat ternyata ada Caramel yang berdiri diam di depan pintu kamar Atlas. Gadis itu mendekat, sengaja berdeham sedikit keras membuat Caramel menoleh terkejut.
"Kakak mau antar makan buat Aa?" tanya Caramel melirik nampan dengan sepiring nasi dan lauk-pauk serta segelas air yang Zea bawa.
Zea berdeham sebelum berbicara. "Gue kira gak ada siapa-siapa," ucap Zea. "Karena ternyata ada lo, lo aja yang anterin makan buat Atlas," lanjut Zea.
Caramel menahan nampan yang akan Zea berikan kepadanya. Membuat Zea menatap Caramel dengan wajah bertanya.
"Percuma Kak, Aa gak mau bukain pintu dari tadi. Aku udah ketuk beberapa kali, udah coba bujuk, tapi tetep aja gak berhasil," ucap Caramel melirih di akhir kalimat namun cepat-cepat tersenyum saat matanya bertemu pandang dengan Zea.
"Gimana kalau Kak Zea aja yang bujuk? Aa pasti mau bukain pintu dan makan kalo kak Zea yang bujuk!" ucap Caramel dengan mata yang berbinar. Begitu yakin jika Atlas akan mendengarkan perkataan Zea.
Zea pandangi wajah gadis di hadapannya, tatapan Caramel terlihat tulus sampai-sampai Zea tidak menemukan kecemburuan di mata gadis itu saat mengatakan bahwa Atlas pasti akan makan bila ia yang membujuknya.
"Melon ke bawah ya Kak. Mel percaya sama Kak Zea buat bikin Aa luluh," ucap Caramel lagi lalu melangkah hendak meninggalkan Zea.
Zea mengerjap, menghadang jalan Caramel membuat gadis menggemaskan itu mengernyit bingung.
"Boleh minta tolong pegangin nampannya?" tanya Zea membuat mata Caramel sedikit membelalak. "Mau ngetuk pintu, susah kalo bawa nampan. Takut jatuh."
"Ah, Iya." Caramel mengangguk-angguk paham. Lalu mengambil alih nampan segera. "Sini Mel pegangin."
Zea menarik kedua sudut bibirnya, gadis seusia Caramel memang menggemaskan. Terlebih gadis itu baru menginjak SMA beberapa bulan yang lalu. Masih terbawa suasana SMP, dan masih berperilaku seperti anak-anak. Tapi hebatnya sudah bisa membuat Zea kadang merasa cemburu kala melihat gadis itu bersama dengan Atlas.
Zea lalu mendekat, mengetuk pintu kamar Atlas. Sementara Caramel di belakangnya membawa nampan, kadang melongok penasaran.
"Atlas?"
Sunyi, tak ada balasan. Tapi Zea tak menyerah, gadis itu mengetuk pintu lagi. Memanggil pemuda itu dengan sedikit keras sembari memutar knop pintu berusaha membukanya. Tapi hasilnya sia-sia, karena Atlas tetap membungkam mulutnya di dalam sana bahkan pintunya di kunci dari dalam.
Helaan napas putus asa dari bibir Caramel di belakang membuat Zea menggigit ujung ibu jari. Zea maupun Caramel, dua-duanya sama sama diam merenung, berpikir harus berbuat apa supaya bisa membujuk Atlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionJudul Awal: How Would You Feel? Di dunia ini, Zea hanya menginginkan tiga hal. 1. Selalu bersama mama, 2. Bertemu papa dan, 3. Atlas. Kehilangan seorang ayah diusianya yang masih kecil membuat Zea sangat bergantung kepada sang mama. Ia tidak ingin d...