Vano menatap dua gadis yang sedang menuruni anak tangga. Fokusnya pada satu gadis yang selama ini pergi dari hidupnya. Tidak, gadis itu tidak pernah pergi. Tapi Vanolah yang mengusirnya.
Tiba-tiba hati Vano bergemuruh hebat. Kenangan masa lalu tentang gadis itu seolah di pertontonkan kembali oleh otaknya.
"Hai, Tante. Sudah lama?" Ucap gadis itu sambil fokus menatap wanita paruh baya yang memanggilnya.
Saat tiba di lantai dasar, dia bergegas menuju Mami Tasya. "Tante apakabar?" Tanya gadis itu lagi sambil memeluk Mami Tasya.
"Alhamdulillah. Kamu gimana?" Mami Tasya masih memegang kedua lengan gadis itu.
"Sehat, Tan. Harus sehat sih, banyak kerjaan." Dia tertawa riang tanpa menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikan interaksi diantara keduanya. "Tante sendirian kesini? Shafira mana?"
"Shafira ke Kampus katanya. Tante sama anak sulung Tante." Mami Tasya menunjuk Vano dengan dagunya yang membuat gadis itu menoleh ke arahnya.
Pandangan mereka bertemu. Tiba-tiba saja raut wajah gadis itu menegang.
"Abang sini, dong."
Vano menghampiri keduanya. Gadis itu begitu gugup berhadapan dengan Vano
"Ini lho yang Mami ceritain, Bang. Bukan yang tadi." Mami Tasya terkekeh. "Adelin kenalkan anak Tante, Vano."
Gadis itu tersenyum kaku, dia masih diam di tempat. Pandangan mereka masih saling mengunci dalam beberapa detik hingga suara Mami Tasya menginterupsi keduanya.
"Ehm.."
Vano segera mengulurkan tangannya yang diikuti oleh arah pandang gadis itu.
"Vano" Ucapnya saat gadis itu menyambut uluran tangan Vano.
"Adelin." Cicitnya pelan.
"Adelin?" Vano mengulang ucapan gadis itu. Yang di panggil menarik lengannya seolah kesadarannya telah kembali.
"Tante, dicoba dulu yuk, dressnya." dia merangkul lengan Mami Tasya untuk menghindari Vano.
Vivi dengan cekatan segera menghampiri keduanya.
"Tante coba, ya." Mami Tasya mengambil dress dari tangan Vivi. "Abang, ajak ngobrol Adelin, dong." Mami Tasya tersenyum jahil pada mereka.
Vano melangkahkan kakinya mendekati gadis yang pura-pura sibuk dengan dress yang menggantung disana.
"Adelin?"
"Ya?"
"Kenapa Adelin?" Tanyanya.
Gadis tersebut hanya tersenyum tanpa berkata-kata.
"Kamu.. Kirei kan?" Tanya Vano ragu.
Gadis itu mengangguk pelan tanpa bersuara.
"Boleh saya panggil Kirei seperti biasa?" Tanya Vano kemudian.
Gadis yang terlihat gugup itu mengangguk lagi. "Silahkan."
"Kamu apa kabar?"
"Baik." Jawab Kirei singkat.
Vano hanya mengangguk-ngangguk. "Hebat ya, gak ketemu beberapa tahun, kamu sudah seperti ini.
" Terima kasih. Pak Vano sendiri apa kabar?" Kirei akhirnya membuka suara.
"Alhamdulillah."
Keduanya terdiam. Sesekali Vivi memperhatikan interaksi mereka.
"Sudah lama bisnis ini?" Vano memecah keheningan diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG VANO (Complete)
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA ---------------------------------------- Cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan Elvano Satria Martadinata saat bertemu dengan seorang gadis yang ternyata dokter yang menangani penyakit Maminya. Setelah mulai dekat de...