Sejujurnya, Vano bingung mau berkata apa. Haruskah Vano mengadukan kelakuan Kirei pada Daffa? Agar Daffa tersadar dari jeratan Kirei. Atau dia harus diam saja, dan membiarkan Daffa terjerumus pada gadis yang sok polos itu?
" Bang, woi." Daffa menimpuk Vano dengan guling miliknya.
"Apa sih!" Ketus Vano pada Daffa.
"Abang kenapa sih?"
Vano mengangkat sebelah alisnya. "Maksud kamu?"
"Abang mau tunangan kayak tertekan banget. Kenapa?"
"Gak apa-apa."
"Mami yang paksa Abang buat nikah?" Tanya Daffa serius.
Vano hanya diam. Dia tidak membantah atau membenarkan.
"Kalau belum siap, kenapa maju?"
"Karena sudah siap makanya maju." Ujar Vano cepat.
"Hi Man, serius?" Daffa semakin penasaran dibuatnya. "Aku lihat Abang kayaknya gak happy."
"Cuma nervous." Dalih Vano.
Daffa terbahak seketika. "Ya ampun Bang, sumpah kocak banget."
"Berisik. Sana ke kandangmu!"
"Wah, gak sopan." Dengus Daffa yang di usir Vano.
"Aku kira Abang tertekan. Tahunya cuma nervous. Santai aja lagi, Bang."
"Kamu bicara seolah udah pernah di posisi sekarang."
"Ya di bikin santai aja lagi. Masih belum ucapkan ijab qobul ini."
Vano tak menanggapi Daffa lagi.
"Eh, gimana Kirei, Bang? Dia gak bikin masalah kan? Dia smart, kan?" Tanya Daffa pemasaran.
Vano mendorong tubuh Daffa agar keluar dari kamarnya. "Kamu tanyakan langsung sama dia." Ucap Vano sebelum menutup pintu kamarnya.
Vano menghela nafas. Kali ini, dia bisa menghindari pertanyaan Daffa. Tapi, tidak menutup kemungkinan Daffa mengetahui semuanya. Mau bagaimana pun Vano yakin, Kirei pasti mengadu pada Daffa.
Vano berusaha memejamkan matanya untuk menghilangkan bayangan tentang Kirei.
Mendekati hari pertunangan, Vano semakin disibukan dengan pekerjaannya. Seperti biasa, setiap akhir bulan, dia harus membuat berbagai laporan yang menyita waktunya.
Dering ponsel, membuyarkan konsentrasi Vano seketika.
"Mas, aku kirim pesan kok gak di balas terus, sih!" Gerutu Dira saat Vano mengangkat teleponnya.
"Mas sibuk, Dir. Kenapa?"
Dira menghela nafasnya diseberang sana. "Mas udah coba kemejanya? Pas gak? Mumpung masih ada waktu kalau mau di betulkan."
"Kapan kamu kirim kemejanya?"
"Ya ampun, Mas! Kemarin kan aku kirimkan. Mas gimana sih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG VANO (Complete)
RomantikFOLLOW SEBELUM BACA ---------------------------------------- Cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan Elvano Satria Martadinata saat bertemu dengan seorang gadis yang ternyata dokter yang menangani penyakit Maminya. Setelah mulai dekat de...