Vano terlihat salah tingkah begitu melihat Kirei. Suasana seketika hening.
"Ada yang minta izin mau dekati kamu sama Mommy nih, menurutmu gimana?" Goda Tante Lala memecah keheningan.
"Hmm.. Apa sih, Mom." Wajah Kirei memerah digoda oleh sang Mommy.
Kirei melirik Vano yang sedang menatapnya. Bibirnya bergerak lucu dengan mata seolah berbicara pada Vano. Vano hanya tersenyum geli melihat kelakuan Kirei.
"Sudah Tante bilang, Tante dukung apapun keputusan Kirei. Selama Kirei bahagia, why not? Dan perlu kamu tahu, keluarga kami tidak pernah memandang seseorang dari statusnya. Tante juga dulu bukan orang berada, kok. Tante seorang anak yatim. Tapi Daddy Kirei tetap menikahi Tante." Tante Lala seolah membaca kecemasan Vano sedari tadi.
"Tapi, saya duda, Tan."
"Duda perjaka maksud Bapak?" Sindir Kirei yang membuat Tante Lala tertawa.
Vano hanya menggaruk tengkuknya. "Bisa dibilang begitu."
"Duda amatir, dong?" Canda Tante Lala sambil terbahak.
Julukanku makin banyak saja, Tuhan.
"Santai saja, Vano. Tante cuma becanda. Ayo, makan. Keburu dingin nanti gak enak." Ajak Tante Lala sambil membuka makanan miliknya.
Obrolan-obrolan kecil terlontar dari mulut mereka saat menikmati makanan seolah mereka sudah sering makan bersama.
Tante Lala berbegas pulang terlebih dahulu setelah mereka makan bersama.
Kini Vano dan Kirei di temani kesunyian sepulang Tante Lala. Vano hanya diam memandang Kirei yang menyibukan diri dengan kain di tangannya. Dia bingung harus berbuat apa, karena sedari tadi Kirei mengacuhkannya.
Kirei meletakan kain yang dipegangnnya kemudian berbalik menatap Vano sengit.
Alis Vano terangkat seolah bertanya 'apa?' Saat Kirei masih juga menyipitkan matanya.
"Kenapa Bapak bilang sama Mommy!" Ketus Kirei
"Mm.. Mm.. Saya gak ada alasan lagi. Masa saya harus bohong."
"Bapak lupa, kemarin kan aku sudah tolak Bapak!"
"Saya gak lupa, saya cuma—”
" Jangan bilang Bapak manfaatin Mommy!"
"Enggak kok.. Enggak sama sekali. Mana ada saya manfaatin orang tua." Vano terlihat takut pada Kirei.
Kirei mendengkus sambil melipat kedua tangannya. "Pak! Bapak lupa kalau aku bukan selera Bapak?"
Vano menelan salivanya berat. Sepanjang mengenal Kirei, baru kali ini, dia merasa tidak berkutik pada gadis itu. "Selera saya sudah berubah dari dulu." Cicitnya pelan.
"Dari dulu?"
"Iya kan saya sudah bilang, dulu saya udah suka sama kamu, tapi lihat kamu jalan dengan Pak Keen—"
"Percuma, Pak. Saya kan sudah tolak Bapak."
"Kirei, kamu benci saya kan? Kamu gak bisa maafkan saya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG VANO (Complete)
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA ---------------------------------------- Cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan Elvano Satria Martadinata saat bertemu dengan seorang gadis yang ternyata dokter yang menangani penyakit Maminya. Setelah mulai dekat de...