Dengan canggung, Kirei duduk disamping Vano. Begitupun Vano merasa bingung mencari topik pembicaraan bersama Kirei. Apalagi saat itu, Kirei terang-terangan mengusirnya.
"Kamu masih marah sama aku?" Vano berusaha mencairkan suasana walaupun jantungnya bertalu hebat.
"Enggak. Aku..aku minta maaf soal waktu itu, ya Pak."
"Buat apa?" Tanya Vano pura-pura.
"Aku..aku gak tahu, kalau Bapak-"
"It's oke." Vano tersenyum tulus. "Daffa gak bilang aku duda perjaka, kan?" Goda Vano. Biarlah, biar dia tahu kalau Vano bahkan belum merasakan surga dunia yang disebutkan orang-orang.
Kirei tertawa. "Memang ada duda perjaka?" Tanyanya. Suaranya kini terdengar riang. Ternyata sifatnya masih belum berubah.
Vano meringis sambil menunjuk dirinya. "Aku. Perlu bukti?" Vano mengangkat sebelah alisnya.
Kirei menggoyangkan tangannya. "Gak.. Gak.." Ucapnya sambil tertawa.
"Sabar ya Pak. Hidup memang misteri."
"Setuju. Aku juga gak nyangka bakal jadi duda di usia muda. Duda perjaka." Ucap Vano lagi. Entah kenapa julukan itu malah membuatnya bangga.
Dan Kirei tertawa lagi.
"Kasihan sekali" Kirei menepuk-nepuk lengan Vano.
Bagai disengat listrik, Vano mematung. Kireinya, masih sama seperti dulu. Bersikap seenaknya. Bahkan kini suasana mencair begitu saja.
"Kamu, gak risih kan duduk bareng duda perjaka?" Tanya Vano hati-hati.
"Kenapa risih? Kalau duda cabul aku takut."
"Enak saja. Mana pernah aku cabul. Aku tuh..hmm.. Dugem."
"Dugem?" Ulang Kirei.
"Duda gemes." Cicit Vano. Entah darimana tiba-tiba terlintas singkatan itu. Dapat julukan dari Daffa membuat Vano ikut kreatif.
Kirei terbahak. "Bangganya yang jadi duda." Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku kira duren, Bang."
"Duda keren?" Tebak Vano. Kirei hanya mengangguk sambil tertawa.
"Terima kasih buat pujiannya."
"Dih! Pede gile, Bapaknya."
Vano tersenyum saat bertatapan dengan gadis disebelahnya yang masih tertawa riang menertawai Vano. Energi positifnya menular dengan cepat kepada Vano.
Sungguh, perasaan yang sudah lama hilang, kini muncul kembali. Vano belum pernah sesenang ini setelah Dira meninggal.
Gadis disebelahnya masih sama walau dengan penampilan yang berbeda. Gadis yang luar biasa. Dia bisa cemberut dan tertawa dalam waktu sekejap. Begitupun dengan keaadaan saat ini. Dia kembali seperti Kirei yang Vano kenal dulu.
"Kapan kamu nyusul Daffa?" Tanya Vano
"Kalau gak Sabtu, ya Minggu." Jawabnya enteng sambil terkekeh. "Duda duluan saja." Ledeknya pada Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG VANO (Complete)
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA ---------------------------------------- Cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan Elvano Satria Martadinata saat bertemu dengan seorang gadis yang ternyata dokter yang menangani penyakit Maminya. Setelah mulai dekat de...