Bab 9

4.2K 448 37
                                    

Papi Reza tersenyum melihat Kirei yang menatapnya. "Maaf, saya ganggu?"

"Tidak, Pak. Silahkan masuk." Kirei tersenyum ramah. Dia segera membereskan lembaran kertas yang berserakan di meja.

"Gak usah dibereskan. Santai saja. Sepertinya kalian dikejar deadline." lelaki yang diperkirakan berumur setengah abad itu duduk di sofa single tanpa dipersilahkan terlebih dahulu.

"Kalau begitu, saya permisi keluar dulu, Pak." pamit Kirei

"Gak usah.. gak usah. Silahkan dilanjutkan pekerjaannya. Saya cuma sebentar, kok"

'Gimana mau lanjut, Bapaknya disitu, aku jadi gak fokus kali.'

"Jadi keputusan apa yang mau kamu ambil?" Tanya Papi Reza tanpa berbasa basi.

"Aku tetap mau mencobanya, Pi"

'Pi? Papinya?' Diam-diam Kirei melirik lelaki tua itu seraya mendengarkan interaksi keduanya.

"Sesuai informasi yang aku dapatkan, sekarang yang menjabat, Bapak Keenan Wijaya bukan wanita itu lagi."

"Hah?" Kirei melirik mereka.

Tidak ada seorang pun yang tahu, bahwa Kirei merupakan putri dari Keenan Wijaya, pemilik perusahaan ritel terbesar di Indonesia, kecuali Daffa.

Sengaja, Kirei menghindar dari perusahaan orangtuanya hanya karena ingin bersama Tama, sang pujaan hati. Namun sayang, orangtuanya yang tak menyukai Tama, tak mengizinkan Kirei bersama dengan lelaki itu.

Kirei memanfaatkan Daffa sebagai orang yang dipercaya oleh orangtua Kirei agar bisa menjalankan misinya. Daffa yang cerdas, tidak serta merta mau membantu Kirei. Hingga pada akhirnya, Kirei di paksa Daffa untuk magang kerja di perusahaan keluarga Daffa.

"Kenapa?" Vano menatapnya tajam.

"Eh, eng..enggak, Pak." Kirei tergagap sementara Papi Reza tertawa melihat reaksi Kirei.

"Keenan Wijaya.." Gumam Papi Reza. "Papi kenal dia."

"Hah?" lagi-lagi Kirei membelalakan matanya tak percaya

'Bapak itu kenal Daddy? Ya Tuhan, magang disini aku cuma tahu seputar Bang Daffa sama manusia cool ini saja. Ternyata beliau pemilik perusahaan ini.'

"Kamu kenapa? Kalau merasa terganggu pindah ke mejamu dulu." ketus Vano.

"Wah, jangan galak sama wanita, Pak Vano." canda Papi Reza.

"Mmm..gak apa-apa, Pak. Maaf." Kirei tertunduk malu.

"Jadi, kamu tetap mau lanjut?" tanya lelaki tua itu dengan santai.

"Hmm.. Setelah deadline beres, aku akan ke kantornya, Pi. Aku juga masih siapkan proposalnya."

"Oke. Papi gak sabar dengar kabar dari kamu," ujarnya seraya berdiri.

"Pak?" Kirei melirik Vano yang sudah kembali ke kursinya.

"Hmm.."

"Maaf Pak, barusan orangtua Bapak?"

"Iya."

"Bapak kenal Pak Keenan Wijaya?" tanya Kirei hati-hati.

Vano mendongak. "Kamu kenal?"

"Ish! Kebiasaan bapak kalau ditanya suka balik bertanya deh!" gerutu Kirei.

"Kenapa?"

"Tuh malah nanya lagi."

"Ya maksudnya, ada apa kamu tanya begitu?"

"Bapak mau ketemu Pak Keenan?" tanyanya kemudian.

"Iya. Papi minta saya ketemu bekiau langsung." ujarnya sambil memutar bolpoint dijemarinya. "Kamu kenal Pak Keenan?"

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang