Bab 23

3.9K 400 83
                                    

Vano menghempaskan tubuhnya yang terasa lelah di sofa ruang tamu. Pikiran dan energinya terasa dikuras habis selepas bertemu Dira dan tentunya, si gadis berisik tadi.

Hati Vano rasanya tak tenang. Vano bahkan masih tak menyangka bahwa dirinya melamar Dira begitu saja.

Vano tak mengerti kenapa bisa selancar itu meminta Dira menikah dengannya. Apakah itu karena rasa bersalah pada Dira, yang Vano abaikan usahanya? Atau karena melihat.. Ah! lagi-lagi Vano menyebutkan kata yang tidak pantas untuk gadis itu.

Mengingat Kirei bersama Pak Keenan tadi, rasanya otak Vano mendidih kembali. Hati Vano terasa panas dan Vano begitu kecewa dibuatnya.

Kenapa Kirei menjadi wanita penggoda laki-laki yang terlihat seumur dengan Papi? Apa Kirei membutuhkan uang sehingga dia bersedia melakukan hal itu?

Vano masih syok saat mengingat Kirei dirangkul mesra oleh lelaki tua itu. Vano juga sadar, dia sudah hilang kontrol dan bersikap tak sopan pada orang yang baru kemarin menandatangani kerjasama dengan perusahaannya.

Tadi Kirei berkata bahwa dia adalah anak dari Pak Keenan Wijaya. Ingin rasanya Vano terbahak. Sungguh lucu sekali pengakuan yang Kirei buat.

Vano menggelengkan kepalanya. 'Gak mungkin. Mana mungkin Kirei anak Pak Keenan. Kalau mereka hubungan anak dan ayah, mereka pasti bilang dari awal. Mana mungkin juga seorang pemilik Wijaya Grup bisa berpura-pura tak mengenal anaknya?

Vano tak akan tertipu lagi oleh Kirei. Sudah cukup Kirei membohongi Vano dan mengusik hidupnya.

Walaupun dalam hati Vano, entah sejak kapan Kirei mulai masuk ke dalam hatinya. Entah karena gombalan-gombalan receh Kirei, atau karena kecerewetan Kirei yang membuat Vano sadar, ternyata hidup Vano lebih berwarna bersama Kirei.

Tiga hari tanpa Kirei selama liburan, membuat Vano selalu merindukannya. Bahkan, di setiap tempat yang Vano kunjungi, hati Vano selalu berceloteh seolah Vano menceritakan keadaan di sana pada Kirei. Vano dengan sengaja mengirimkan foto liburannya dengan dalih membuat Kirei iri agar komunikasi mereka tak putus.

Vano akui, Vano memang sangat bersalah. Dulu, Vano bersikukuh bahwa seleranya seorang gadis anggun dan lemah lembut.  Ternyata tanpa Vano sadari, Kirei mematahkan pandangan Vano mengenai tipe gadis favoritnya.

Mungkin sebagian orang menyebutnya karma. Tapi tidak bagi Vano. Vano tak percaya karma. Vano hanya percaya bahwa cinta bukam tentang apa yang di lihat, tapi juga apa yang di rasa.

Vano menyukai Kirei yang berisik. Kadang, disetiap canda tawa Kirei terselip pemikirannya yang dewasa. Ah! Gadis itu memang benar mengobrak-ngabrik hati Vano.

Awalnya, Vano bertemu Dira hanya untuk memberikan oleh-oleh dan juga membicarakan hubungan mereka. Vano tak mau membuat Dira berharap lebih kepadanya. Vano akan berkata jujur pada Dira, bahwa dia menyukai gadis lain.

Vano bahkan tak peduli, kalau nanti Daffa akan marah kepadanya. Toh, beberapa kali Vano bertanya pada Kirei tentang Daffa, Kirei tak memiliki rasa spesial pada Daffa.

Namun, lagi-lagi Vano ingat rangkulan itu. Rangkulan menjijikan dari seorang sugar Daddy untuk gadis seusia Kirei. Vano sangat-sangat kecewa. Tangannya terkepal dengan mata tertutup untuk menahan amarahnya.

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang