Bab 11

4.1K 423 64
                                    

Kirei beberapa kali melirik Vano dengan resah saat dia duduk bersebelahan dengan Vano menuju kantor Wijaya Grup. Dia masih khawatir, bagaimana kalau Vano tahu bahwa dia anak dari Keenan Wijaya, pemilik dari Wijaya Grup.

Tiba di basement gedung, Kirei masih terdiam. Ingin sekali dia memberi alasan sakit untuk melarikan diri, tapi dia takut menjadi do'a yang terkabul untuk dirinya. Bilang lapar dan hendak membeli makan pun rasanya mustahil karena tadi Vano sudah mengajaknya makan siang bersama. Bahkan selama perjalanan, dia memutar otak untuk mencari cara agar dapat melarikan diri, tapi sayangnya, Kirei tak menemukan alasan yang tepat.

Ketukan kaca membuat lamunanya buyar seketika.

"Kamu gak turun?" suara Vano diluar mobil membuyarkan lamunannya.

"Bapak, kapan turunnya?"

"Sejak episode satu lamunan kamu." Ceplos Vano menyindirnya.

Dengan terpaksa, Kirei menyeret kakinya mengikuti langkah Vano. Begitu tiba di meja resepsionis, Kirei langsung mengedipkan matanya pada mereka.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Siang, saya ada janji bertemu dengan Bapak Keenan Wijaya siang ini."

"Mohon maaf, Bapak dari mana?"

"Oya, saya Elvano dari PT. Petani Maju. Saya sudah membuat janji sebelumnya dengan Bapak Keenan."

"Baik ditunggu sebentar, Pak."

Wanita tersebut mengambil gagang telepon kemudian berbicara disana.

"Bapak silahkan naik ke lantai 5, Pak Keenan sudah menunggu anda." ujarnya.

Kirei semakin tak karuan saat berdua dengan Vano di dalam lift.

"Pak, aku tunggu saja ya?" ucapan itu akhirnya lolos juga.

"Kamu ikut, biar kamu juga paham. Kesempatan buat kamu, bertemu dengan orang sukses seperti dia." Kirei menghembuskan nafasnya pasrah.

Kirei memberikan kode kembali pada sekretaris Pak Keenan. Tanpa banyak bicara, dia mempersilahkan Vano masuk.

Pak Keenan menyambut Vano seraya menjabat tangannya. Tatapannya kini beralih pada Kirei sang putri tercinta. Sesaat mereka saling pandang. Nampak jelas wajah Daddy-nya itu  begitu kaget saat melihat sang anak berada di samping Vano. Namun dengan segera dia mengubah mimik wajahnya seolah tak kenal. Tentu saja, hal itu membuat Kirei merasa lega.

"Ayo, silahkan duduk."

Pak Keenan dan Vano mulai berbasa basi. Interaksi keduanya terlihat semakin seru. Apalagi Pak Keenan sering mengeluarkan joke recehnya membuat Vano beberapa kali tertawa.

Sungguh, keduanya terlihat klop saat berbincang. Walaupun sebenarnya Pak Keenan dan Vano sedang bernegosiasi tapi Kirei membayangkan hal yang lain.

Tak dipungkiri, Kirei mengagumi Vano. Dia begitu cakap, serius, dan terlihat kharismatik.

'Mertua vs menantu' batin Kirei sambil tersenyum sendiri membuat Pak Keenan menatapnya heran. Vano yang sadar akan tatapan Keenan, dia segera menyenggol lengan Kirei.

"Apa?" Kirei terlihat kaget.

Vano melotot ke arahnya memberikan kode yang Kirei tak mengerti.

"Nona Kirei sepertinya terpesona sama saya." canda Pak Keenan dengan tawanya.

"Hehe.. Saya kagum sama Bapak." Kirei menyeringai salah tingkah sementara Vano masih menatapnya tajam.

Pak Keenan terbahak. Dia menikmati perannya saat ini.

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang