Hati Vano semakin resah saat mengingat Daffa akan bertemu dengan Kirei. Bukan dia takut Kirei akan bercerita tentang kedekatan mereka dulu. Bukan juga takut Kirei mengadukan permasalahan mereka.
Tapi Vano sendiri tak tahu kenapa dia seolah tak rela Kirei akan bertemu Daffa. Vano jelas bukan siapa-siapa Kirei. Juga hubungan mereka bahkan memburuk. Tak hanya itu, Vano bahkan memblokir nomor ponsel Kirei dan tak memberikan kesempatan Kirei untuk mengatakan yang sebenarnya. Tidak! bukan Kirei yang tak mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi Vano yang terlampau sudah kecewa pada Kirei membuatnya tak percaya apapun yang di katakan gadis cerewet itu.
Apa Vano cemburu pada Daffa? Apa Vano masih menyukai gadis cerewet itu? Vano bingung dengan dirinya sendiri.
Vano mengacak rambutnya frustasi. Dia bahkan mondar mandir sendiri di ruangannya. Pekerjaannya yang dia bilang lebih penting itu, dia abaikan begitu saja hanya karena hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Vano berusaha menepis apa yang dia rasa dengan mencuci mukanya. Padahal, ini masih pagi. Baru tiga jam yang lalu dia mandi. Tapi Vano harus meredam rasa gerah yang tiba-tiba saja menjalar di tubuhnya.
"Daf, kamu sudah jalan ke toko kue?" Entah kenapa, tangannya tiba-tiba menekan nomor ponsel Daffa. Sungguh hatinya bekerja lebih gesit dari pada logikanya.
"Kenapa memangnya?" Daffa terdengar heran di seberang sana. Sayup-sayup terdengar suara Papa Rasya dari balik telepon membuat Vano sedikit lega.
"Gak apa-apa. Kamu sudah jalan belum?" Vano kembali memastikan.
"Belum. Nanti sore kata Mami. Kenapa? Mau Abang yang ambil?"
Sejenak Vano terdiam.
"Eh? Enggak. Kamu saja. Tolong belikan cheese cake aja buat orang rumah."
"Emang ada yang mau?"
"Ada."
"Siapa yang mau memangnya?"
"Abanglah! Nanti belikan." Ketus Vano.
"Lah, duitnya?"
"Ck.. Pake uang Mami dulu, nanti Abang ganti."
"Parah banget. Udah nyuruh, gak modal pula!" Ketus Daffa.
Vano enggan berdebat dengan Daffa. Dia segera mematikan sambungan telepon mereka.
Vano tiba di rumah, sore hari setelah mengerjakan pekerjaannya yang sempat terbengkalai tadi. Gara-gara pikirqnnya kacau, buat Vano untuk pulang setelah jam makan siang pun ambyar seketika.
Vano segera menaiki anak tangga untuk mencari Daffa ke kamarnya. Di abaikannya sapaan-sapaan orang rumah. Baginya, bertemu Daffa lebih penting.
Vano mengetuk pintu kamar Daffa. Tak ada sahutan disana, dia membuka pintu kamar Daffa yang tak di kunci.
"Mi, Daffa mana?" Tanya Vano saat tak mendapati Daffa di kamarnya.
"Ngambil pesanan."
"Kapan dia berangkat, Mi?"
"Sejam yang lalu. Kenapa?"
"Emm..enggak, Mi. Abang cuma mau kasih uang buat beli cheese cake."
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG VANO (Complete)
RomantikFOLLOW SEBELUM BACA ---------------------------------------- Cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan Elvano Satria Martadinata saat bertemu dengan seorang gadis yang ternyata dokter yang menangani penyakit Maminya. Setelah mulai dekat de...