Bab 31

4.2K 440 78
                                    

Vano masih terdiam menatap ponsel miliknya. Dia menebak-nebak apa yang terjadi dengan gadis itu. Haruskah Vano bertanya pada Daffa?


"Mas.."


"Mas, kenapa sih?" tiba-tiba Dira sudah berdiri disamping Vano.

"Eh? Gak apa-apa. Ini.. Daffa titip pesan."

"Titip pesan apa?"

"Nanti lah dibahasnya. Kita bereskan ini dulu."

Untungnya, pemotretan mereka telah selesai. Vano tak harus mengerahkan energinya kembali hanya untuk tersenyum dan bergaya di depan kamera.

"Mas.."

"Hmm.."

"Tadi Daffa pesan apa? Takutnya kita disuruh cepat-cepat pulang."

"Bukan Daffa sih, tapi Kirei." cicitnya dengan suara pelan.

"Kirei?" Dira mengernyit heran.

Vano mengangguk.

"Kirei pesan apa, Mas?"

"Kirei bilang semoga pernikahan kita langgeng. Salam juga buat kamu."

"Memang dia gak bakalan datang ke nikahan kita?"

Vano merasa tertohok. Dia menggeleng pelan. "Aku gak tahu, Dira. Tiba-tiba saja Daffa kirim pesan itu. Mereka mungkin lagi jalan bareng."

"Yah, kasihan dong Daffa. Gak ada gandengan."

Vano hanya diam, pikirannya masih tertuju pada gadis cerewet itu.

"Kata Bunda harusnya kita gak ketemu dulu biar kangen, Mas. Cuma karena kita ngebut prewedding sama fitting baju. Jadi Bunda gak bisa komplain." tutur Dira sambil terkekeh.

"Kita ketemu juga baru sekarang ini. Gak tiap hari."

"Iya, maaf Mas. Uuh, calon suamiku emabg paling sabar dan pengertian." Dira menyubit pelan lengan Vano.

"Besok jangan telat. Pagi-pagi kita harus ketemu Mbak Widi."

"Iya Mas. Aku tahu kok."

"Habis makan, kita pulang ya? Mas mau kamu istirahat. Oke?" ucap Vano seraya memarkirkan mobil depan restoran.

"Mas khawatir banget ya sama aku?" Goda Dira.

"Iya. Biar kita sama-sama fit, Dira." ucapnya singkat. "Yuk turun." ajak Vano kemudian.

Vano menaiki anak tangga sedikit tergesa setelah tiba di rumah.

"Mi, Daffa mana?"

"Biasa, keluyuran. Tumben nyari dia. Ada apa?"

"Gak apa-apa, Mi. Aku mau istirahat dulu, Mi."

Vano segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Setelah mendapat pesan dari Daffa tadi, hati dan pikirannya tak tenang.

Buru-buru Vano menekan simbol telepon.

"Daff, coba kirimkan nomor Kirei." Pinta Vano tanpa basa basi. Vano segera menutup sambungan telepon. Enggan mendengar ocehan Daffa.

Tak berapa lama, Daffa memberikan nomor ponsel Kirei. Vano segera menyimpan nomor tersebut.

Berulang kali Vano hendak menelpon Kirei, berulang kali juga Vano mengurungkan niatnya. Nyalinya benar-benar menciut.

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang