Bab 33

4.4K 420 109
                                    

Fokus Vano terarah pada gadis yang membawa sepatu kehadapannya

"Masa Abang pakai sandal itu?" ujar Arumi sambil menaruh di depan kaki Vano.

Semua orang tertawa mengolok Vano saat melihat Vano hanya memakai sendal rumahan. Vano segera mengganti sendal yang dia gunakannya.

"Maklum, udah gak tahan." goda Papa Rasya.

"Saking nervousnya dia." timpal Papi Reza.

"Yuk berangkat." ajak Mami Tasya yang masuk ke dalam mobil bersama dengan Vano dan suaminya. Daffa sudah duduk di depan kemudi. Kali ini, dia menjadi supir untuk sang Abang.

Kini Vano dan keluarga tiba di ballroom Hotel berbintang yang menjadi favorit para calon pengantin. Sebuah gedung yang memilik fasilitas yang lengkap dengan hiasan lampu kristal di langit-langit gedung yang memberi kesan mewah.

Vano disambut oleh kedua calon mertuanya dengan mengalungkan rangkaian bunga melati sebagai simbolis. Kedua calon mertuanya mengapit Vano berjalan masuk ke dalam gedung diikuti oleh orangtua Vano dan keluarganya.

Vano sudah duduk berhadapan dengan dokter Herman, ayah dari Anindira yang sebentar lagi akan berganti status menjadi mertuanya.

Bisa dihitung jari pertemuan antara Vano dan calon mertuanya itu. Dokter Herman yang mempunyai kesibukan melebihi Dira, membuatnya sangat jarang berada di rumah. Tentu saja Vano sedikit canggung saat berhadapan dengan calon mertuanya.

Vano menutup matanya sejenak. Tak ayal, rasa gugup yang menjalar membuatnya harus menarik nafas dalam. Papa Rasya yang menjadi saksi dari pihaknya, menepuk pelan lengan Vano seolah paham akan kegugupan Vano.

Disamping Vano, Dira duduk dengan rasa cemas. Dia menunduk sambil meremas tangannya sendiri. Dalam hatinya tak henti dia berdoa agar Vano diberi kelancaran saat mengucap ijab qobul.

Dan, waktu yang dinanti tiba. Dalam beberapa detik, dengan satu tarikan nafas, suara lantang Vano melafalkan ijab qobul dengan lancar dihadapan para saksi.

Seketika Dira menoleh pada Vano setelah kata sah terucap. Rona bahagia jelas terlihat dari pasangan yang baru menyandang status sebagai suami istri.

Sambil berdiri sesuai dengan instruksi fotographer, Vano memegang bahu sang istri. Dia mencium kening Dira dihadapan para saksi setelah menyematkan cincin dijari manisnya secara bergantian. Keduanya saling memuji dalam senyuman.

Acara akad ditutup dengan sungkeman yang dilakukan pasangan pengantin baru kepada orang tua mereka.

Mami Tasya menangis haru saat memeluk sang putra tercinta. "Jadi suami yang baik ya, Nak. Jangan sakiti hati istrimu." pesannya disela isak tangisnya. Vano hanya mengangguk dengan mata berkaca-kaca.

Dira sendiri tak henti menekan sudut matanya dengan tisu. Bunda merengkuh putrinya. "Taati suamimu, sayang. Kini syurgamu beralih padanya." Pesan Bunda pada putri kesayangannya.

Vano menggandeng Dira masuk ke dalam kamar hotel yang telah mereka booking untuk beristirahat sebelum acara resepsi malam nanti.

Begitu menutup pintu kamar, keduanya saling pandang kemudian tersenyum bahagia. Vano merengkuh pinggang Dira. Dengan jantung berdebar, dia mengecup lembut kening gadis yang dipersuntingnya tiga jam yang lalu.

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang