Bab 51

6.1K 455 59
                                    

Bang Vano menuju ending, guys.

So, happy reading ^^

Vano mengedarkan pandangannya begitu tiba di Bandara. Dia mencari sosok yang selalu menghangatkan hatinya, yang membuatnya rindu setelah seminggu tak bertemu dengannya.

Vano tersenyum lebar, saat tatapan kerinduan juga tercetak jelas di wajah gadis itu. Vano tak sabar, dengan segera dia mempercepat langkahnya sambil menggeret koper dan menenteng dua plastik besar oleh-oleh untuk keluarga mereka.

Tanpa sadar, Vano memeluk tubuh gadis itu saat dia berhadapan dengannya. Rasa rindu seketika lenyap setelah memeluk sang pujaan hati.

"Bukan muhrim, Bang." Bisik Kirei menggoda Vano.

Vano terkekeh. "Maaf. I miss you so bad, Beib. Kayaknya seminggu lama banget."

"Gombal!" Ujar Kirei sambil melepas pelukan Vano. Padahal Vano tahu, Kirei juga merasakan hal yang sama.

Vano mengacak rambut Kirei gemas. "Daddy pulang jam berapa?"

"Seperti biasa."

Biasanya, jam tujuh malam Pak Keenan memang sudah ada di rumah jika kegiatannya tidak padat.

Vano melirik jam tangan yang bertengger di lengannya. "Masih ada waktu, Beib. Yuk, jalan." Ajak Vano.

Kirei menautkan alisnya yang terlihat lucu oleh Vano, "kemana?"

"Mall. Abang lapar."

"Pulang ke rumah aja, yuk?" Ajak Kirei.

"Enggak. Habis makan kita pulang deh."

"Aku anter Abang pulang ke rumah  maksudku. Istirahat dulu. Pasti capek, kan?"

"Enggak. Ayo ke Mall dulu. Abang kangen kamu. Kangen disuapi kamu. Memang kamu siap ke rumah Abang? Ngajak pulang segala. Tumben."

Kirei menggeleng sambil tersenyum. "Aku anter sampai gerbang, maksudnya."cicitnya pelan.

Beberapa kali, Vano mengajak Kirei main ke rumah untuk bertemu Mami Tasya, Kirei selalu menolak. Alasannya, gadis itu takut tidak berjodoh dengan Vano. Dia berjanji akan datang ke rumah, setelah Vano mengantongi restu dari sang Daddy. Dasar, gadis itu!

Tunggu tanggal mainnya, Beib. Sebentar lagi. Setelah ini.

Vano dan Kirei tiba di Mall yang dekat dengan butik Kirei. Vano menggandeng tangan Kirei yang terasa mungil, tidak sebesar telapak tangannya. Vano mulai aktif ya, Bund!

" Makan dimana?" Tanya Vano sambil mengedarkan pandangan, mencari toko yang hendak dia singgahi.

"Sushi dong, sayang." Ujar Kirei dengan manja.

Bagus. Aku sudah tidak sabar.

Vano dan Kirei masih berjalan menuju lantai dua. Tiba disana, Vano membelokan langkahnya masuk ke salah satu toko perhiasan.

Kirei menarik tangan Vano. "Kok kesini?" Tanyanya heran.

Vano hanya tersenyum sambil tetap menariknya. "Ambil pesanan dulu, Beib."

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang