Bab 32

4.5K 396 83
                                    

Sesuai janji kemarin, Vano dan Dira hendak mendatangi galeri wedding organizer yang mereka percaya untuk melakukan final fitting baju pernikahan.

Dira tersenyum menggoda pada Vano saat dia berjalan menuju mobil, setelah Vano mengabarkan kalau dia sudah menunggunya di depan rumah.

Dira tersenyum menggoda pada Vano saat dia berjalan menuju mobil, setelah Vano mengabarkan kalau dia sudah menunggunya di depan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sengaja Vano tak masuk ke rumah calon istrinya terlebih dahulu, karena mereka sudah ditunggu oleh Widi. Vano sedikit kesal pada Dira karena Dira bangun kesiangan. Entahlah, mungkin karena Dira merasa tak ada beban ke rumah sakit, jadi dia merasa santai.

"Mas, 120 jam lagi menuju halal." ucap Dira sambil menatap Vano.

Vano tersenyum pada Dira. Sungguh konyol, Dira sampai menghitung jam segala, pikir Vano. Dia bahkan melihat wajah Dira berbinar seolah tak sabar dengan hari pernikahan mereka.

"Kenapa? Kamu gak sabar ya?" goda Vano.

"Aku deg-degan, Mas. Campur aduk rasanya." ucap Dira sambil tersenyum.

"Aku juga." Campur aduk sekali rasanya. Bukan hanya pernikahan yang Vano pikirkan, tapi juga gadis lain yang kemarin masih mengusik hidupnya.

Gadis periang yang luar biasa. Disaat Vano melakukan kesalahan fatal, tapi kemarin dan untuk terakhir kalinya, gadis itu lagi yang meminta maaf pada Vano. Sungguh, gadis langka, unik dan dengan bodohnya wanita itu Vano sakiti.

Vano sangat menyesal telah berpikir macam-macam kepada gadis itu. Rasanya penyesalan Vano semakin dalam dan mungkin dia akan menyesalinya seumur hidup.

Namun, saat melihat Dira yang duduk disampingnya saat ini, Vano tak boleh egois. Pernikahan sudah di depan mata. Vano harus segera menjatuhkan hati sepenuhnya pada Dira. Bukan hanya setengah lagi, tapi Vano harus benar-benar bisa mencintai calon istrinya. Seluruh penyesalan Vano telah dia kubur kembali tadi malam. Dan Vano mantapkan diri, dia harus berjalan ke depan.

Tiba di galeri, mereka disambut oleh Widi. Tanpa membuang waktu, Vano dan Dira segera mencoba baju yang akan digunakan untuk akad nanti.

Seperti baju pengantin pada umumnya, untuk akad nikah mereka memilih pakaian bernuansa putih.

Vano berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya sendiri. Rasanya tak percaya, selangkah lagi, Vano akan menjadi imam bagi perempuan yang mencuri hatinya pada pandangan pertama.

Tak berapa lama, Dira datang menghampiri Vano. Dia terlihat sangat cantik seperti biasa. Auranya begitu terpancar saat tersenyum malu. Hati Vano bergetar menatapnya. Ternyata, rasa cinta untuk Dira masih ada, dan tak pernah hilang.

"Cantik." puji Vano.

"Mas juga tampan." balasnya yang membuat senyum Vano mengembang. Vano mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut Dira.

"Mbak, diet ya? Pinggangnya ini sedikit melonggar. Waktu itu perasaan pas banget" ujar Widi pada Dira.

Vano memperhatikan tubuh Dira yang memang sedikit mengurus. "Kamu diet, Dir?" tanya Vano kemudian.

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang