Bab 24

3.9K 415 75
                                    

Kali ini, tekad Vano benar-benar bulat. Dia memblokir nomor ponsel Kirei agar hatinya tak goyah dan lebih fokus pada Dira.

Vano dan Dira berjalan berdampingan di Mall untuk membeli cincin pertunangan mereka.

"Mas yang ini bagaimana?" Tanya Dira yang sedang bingung memilih cincin.

"Mas terserah kamu aja."

"Bantu dong, Mas."

Vano berdecak. Biasanya memilih perhiasan urusan wanita, dan lelaki hanya mengikuti kemauan mereka saja, bukan?

"Yang ini mau?" Vano mengambil cincin bermata satu di hadapannya.

Dira menggeleng. "Terlalu biasa, Mas."

"Ini mau?" Kali ini Vano mengambil cincin dengan potongan diamond berbentuk persegi.

"Kayaknya gak cocok, Mas."

Vano menggaruk tengkuknya. Dia bingung sendiri, setelah beberapa kali Vano menawarkan cincin pada Dira, tak ada satu pun yang cocok.

Sang pelayan toko tersenyum melihat wajah Vano yang terlihat frustasi.

"Mau pindah toko?" Tanya Vano.

"Ya sudah cari toko yang lain, Mas. Disini gak ada yang cocok." Ujar Dira yang membuat Vano malu setengah mati setelah berlama-lama di toko tersebut.

"Kenapa perempuan ribet banget sih, Dir?"

"Maksud Mas?"

"Tadi tuh, cincin ada banyak. Tapi gak ada satu pun yang kamu suka. Terus kamu mau model apa?"

"Aku bingung, Mas. Pengennya aku custom sendiri gitu lho."

Vano menghela nafasnya. "Dir, kamu tahu kan kalau design sendiri, butuh waktu?"

"Iya, ini cuma inginku saja, Mas."

"Ck.. Kalau kamu mau design sendiri gak apa-apa. Paling pertunangan kita di undur. Gimana?"

Dira menggeleng cepat. "Ya udah, yuk cari yang lain Mas."

Vano sebetulnya sudah merasa lelah keluar masuk toko perhiasan, mengelilingi semua lantai Mall. Baginya, semua cincin sama. Sama-sama disematkan di jari manis. Tak ada yang berbeda.

Kesabarannya rasanya terkuras. Mengantar Dira belanja lebih dari mengantar sang Mami. Dira ternyata lebih rewel dari yang dia kira.

"Mas, kok cemberut."

"Mas cuma pegel aja, Dir."

"Maaf."

"Gak usah minta maaf. Yang penting cincinnya sudah dapat."

Vano memainkan game di ponselnya untuk mengalihkan rasa kesal pada Dira sambil menunggu makanan yang mereka pesan.

"Mas.."

"Hmm.."

"Nanti setelah menikah, kita mau tinggal dimana, Mas?"

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang