Pernikahan Vano dan Dira tinggal menghitung hari. Tapi keduanya semakin di sibukan dengan pekerjaan masing-masing.
Dira yang berprofesi sebagai dokter bedah, tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Apalagi saat Dira bertugas di ruang operasi. Butuh waktu berjam-jam diruangan steril itu, tanpa bisa berkomunikasi dengan siapapun.
Sementara Vano juga tak kalah sibuk. Namun, kesibukan Vano tak seperti Dira yang mempunyai pembagian jadwal kerja.
Vano sendiri harus lebih memaklumi pekerjaan Dira. Sekalipun Vano sudah mewanti-wanti Dira agar tak terlalu sibuk. Tapi sepertinya ucapan Vano hanya di anggap angin lalu oleh Dira. Apalagi akhir-akhir ini, Dira semakin sulit di hubungi. Hingga akhirnya Vano kesal sendiri dan sengaja menunggu Dira yang menghubunginya.
"Mas, jangan lupa besok jadwal foto kita."
Panjang umur. Gadis yang membuat Vano kesal akhirnya mengirimkan pesan padanya.
"Masih ingat?"
"Maksud Mas?"
"Masih ingat punya tunangan?"
"Maaf, Mas. Besok aku ceritakan semuanya, Mas. Jangan marah, nanti gantengnya luntur."
Vano menghela nafasnya. Dia enggan membalas kembali pesan dari Dira. Rasanya akhir-akhir ini, Dira menguji kesabarannya.
Pagi-pagi sekali, Vano sudah nangkring di depan rumah Dira. Sesuai rencana, hari ini mereka akan melakukan foto prewedding.
"Mas, buruan. Mereka sudah dilokasi katanya." ujar Dira yang segera masuk ke dalam mobil Vano.
"Yang lama siapa coba?"
"Aku kan ini udah siap."
"Kamu gak lupa, kalau pernikahan kita tinggal menghitung jari?"
"Ya masa aku lupa, Mas."
"Tapi kamu lupa kalau punya tunangan, Dir. Baru tunangan sudah jarang kasih kabar, gimana kalau nanti nikah." Keluh Vano dengan rahang mengeras.
"Maaf, Mas. Temanku sakit, jadi aku ganti dia. Sementara tindakan gak bisa di undur kan, Mas. Padahal jadwalku sudah aku kurangi."
"Aku gak mau kamu masih sibuk kerja, Dir. Tinggal beberapa hari lagi lho, ini. Masa semua yang handle orangtua kita. Kita gak berkontribusi sama sekali?"
"Iya aku faham, Mas. Tapi kan persiapan kita sudah 85%. Tinggal prewedding dan fitting baju saja, kan?"
"Iya. 85% karena vendor dan orangtua kita yang siapkan, kalau-kalau kamu lupa."
"Ya kan itu fungsinya vendor, Mas."
"I know. Tapi masa kamu cuek? Boro-boro kamu tanya progressnya sampai mana."
"Iya maaf, Mas."
"Kedepannya kamu harus jaga kesehatan. Jangan sampai pas hari pernikahan kita, kamu malah drop gara-gara kesibukanmu itu!" Vano meliriknya sepintas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANG VANO (Complete)
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA ---------------------------------------- Cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan Elvano Satria Martadinata saat bertemu dengan seorang gadis yang ternyata dokter yang menangani penyakit Maminya. Setelah mulai dekat de...