Bab 5

6.2K 496 46
                                    

Untuk kesekian kalinya, Vano menunggu Dira di basement rumah sakit. Hubungan mereka semakin dekat sejak mereka tahu bahwa mereka teman masa kecil. Namun, sampai saat ini belum ada ikatan khusus diantara keduanya.

Vano masih menyesuaikan dirinya bekerja di PT Petani Maju milik Papi Reza. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang sayuran dan buah yang memasok ke swalayan, minimarket, restoran bahkan ke pasar-pasar di berbagai penjuru kota.

Berkat kegigihan Papi Reza, perusahaan mereka tumbuh begitu cepat. Kini, Vano meneruskan tongkat estafet yang diberikan kepadanya dibawah pengawasan Papi Reza tentunya.

Vano menatap Dira dari balik kaca mobil miliknya.

“Capek?” tanyanya saat Dira masuk ke dalam mobil.

“Hmm.. Lumayan.”

“Makan dulu yuk?”

“Aku sedikit lelah, pulang saja ya. Gak apa-apa?” ucap Dira seraya menatap Vano.

"Yakin gak makan dulu? Nanti bu dokter sakit loh.” Canda Vano.

“Aku lagi gak ingin makan, Mas.” Vano tersenyum mendengar nama panggilannya tak berubah sekalipun dia sadar mereka sebaya.

“Kapan kamu libur?” tanya Vano

“Kenapa memangnya Mas?”

“Mami ingin ketemu kamu.”

Sebelum berangkat ke kantor tadi, Vano direcoki oleh Mami Tasya yang terus menerus menanyakan hubungannya dengan Dira. Vano akhirnya bercerita bahwa Dira merupakan teman masa kecilnya. Dan, rekasi Mami Tasya begitu heboh saat mendengar penuturan Vano. Mami Tasya mendesak agar Vano membawa Dira ke rumah.

"Hmm.. Mas cerita ya sama Mami?" tebak Dira.

“Biasa Mami kepo. Ya udah, Mas cerita aja. Masa Mas  mau tutup-tutupi. Lagi pula, dulu kan orang tua kita deket banget.”

“Mas sukses bikin aku malu, nih.” Dira tertawa.

“Loh, malu kenapa? Mami orangnya kayak kamu kok. Kalian pasti nyambung kalau ngobrol.”

“Ya tetep aja. Kalau ingat masa lalu kita, aku malu, Mas” Dira tertawa.

Vano tak sabar membayangkan kedua orang yang dicintainya nanti bakal heboh saat bertemu. Dia bersyukur Mami Tasya sangat menyukai gadis yang kini duduk disampingnya.

So, bisa kan nanti libur ke rumah?” tanya Vano sambil menghentikan mobilnya.

"Aku belum tahu jadwal liburku kapan, Mas. Nanti aku lihat dulu ya." ujarnya begitu membuka seatbelt. "Mau mampir?" tanyanya kemudian.

“Lain kali saja ya, Mas juga lumayan capek. Tadi cek lokasi buat pameran.”

“Ya sudah, hati-hati dijalan. Salam buat Mami ya Mas.” Dira melambaikan tangannya.

Vano masih disibukan dengan laporan yang harus dikirimkan segera pada Papi Reza. Dia begitu fokus menatap layar monitor sehingga tak menyadari seseorang mengetuk pintu ruangannya.

“Bang! Aku ketuk dari tadi kok gak nyaut, sih!” protes Daffa tiba-tiba yang membuat Vano mendongak.

“Kamu ketuk pintu? Gak kedengeran.” Polosnya yang membuat Daffa berdecak.

BANG VANO (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang