*20*

21.6K 1.5K 332
                                    

Makasih untuk semuanya. Untuk yang udah vote, baca, komen sama follow pokonya makasih banget.

Numpang nanya, kalian mau cerita ini endingnya happy or sad ?

-
-
-
-


"Ken hari ini mau ke rumah oma apa mau ikut mommy cek kandungan,?"

"Ikut mommy"

Dara mengangguk lalu segera memandikan anaknya dan setelah itu gantian ia yang membersihkan diri.

"Ayok sini, coba mommy cium dulu pipinya harum apa enggak"

"Alum kok,"

Dara tersenyum ketika mata tajam anaknya menatap balik dirinya. Ken yang dulu sudah berubah, matanya yang dulu teduh, sekarang menjadi tajam bak silet. Pipinya juga tidak segembul dulu, yang ada malahan rahang tegasnya sudah mulai kelihatan. Dara tertawa dalam hati, semuanya ternyata cepat berlalu. Buktinya, anaknya dulu yang polis sekarang berubah dewasa, dan suaminya dulu yang setia sekarang berubah menjadi tukang selingkuh.

"Muach gemes deh sama Ken" Dara mengecup pipi anaknya sekilas lalu segera mengunci pintu dan membawa masuk dirinya juga sang anak kedalam mobil

"Abis cek dedek bayi, kamu mau jalan-jalan ga ?"

"Ndak. Mau peluk dedek aja."

"Dih, manja kamu yah sama dedek"

"Nanti dedek juga boleh kok manja sama Ken, boleh minta apa aja sama Ken."

"Ih gemesin banget sih kamu" Dara mengacak rambut anaknya sekilas lalu fokus mengemudi. Yup, dirumah tidak ada art, semuanya Dara sendiri yang mengerjakan. Mulai dari mencuci pakaian, dan sebagainya.

Setelah menghabiskan waktu sekitar duapuluh menit, mobil akhirnya terparkir sempurna di halaman rumahsakit. Dara berjalan menuju ruangan khusus untuk cek kandungan, untung saja tidak terlalu banyak yang mengantri hanya ada lima bumil beserta pasangannya masing-masing yang menemani.

"Eh mbak Dara, mau cek kandungan yah?" Tanya salah satu bumil. Dara hanya tsrsenyum lalu mengangguk

"Suaminya mana? Sekarang udah jarang keliatan"

"Suami saya kerja buk. Dia lagi seleksi beberapa perempuan buat di jadiin istri kedua"

Wanita hamil itu tampak terkejut. Ia sontak meremas tangan suaminya seolah takut jika kejadian yang Dara alami ikut dialaminya juga.

Dara tertawa melihat ketakutan bumil di depannya, ia langsung saja masuk ke dalam ruangan setelah berpamitan kepada beberapa orang diluar.

"Usia kandungannya menginjak satu bulan. Dijaga terus yah bu, soalnya ini rentan keguguran apalagi ibunya masih muda banget"

Dara tersenyum memandangi hasil USG nya, ia beralih menatap Kenzo yang tengah duduk tenang dengan kaki bersila

"Ken sayang ade ?''

"Heem. Sayang mom juga"

****

Seorang laki-laki tengah menatap keluar jendela dari atas gedung berlantai limapuluh. Tatapan matanya kosong seolah penyemangat hidupnya telah hilang. Ia memegang dadanya yang terasa sesak, sudah genap seminggu dirinya meninggalkan istri dan anaknya di negara lain tanpa sedikitpun memberi kabar.

"Maafin saya Al, gara-gara saya kehidupan kamu jadi hancur"

Laki-laki yang dipanggil Al alias Alfa itu menoleh lalu tersenyum sekilas. "Ya. Lo penghancur kehidupan rumah tangga gue, andai lo ga ikut pergaulan bebas disini mungkin hidup gue masih fine-fine aja"

"Aku minta maaf hiks.. kalo kamu ga tanggung jawab aku bakal gugurin bayi ini. Aku gabisa ngerawat satu nyawa sendirian, aku ga sanggup hiks.." Fani membenturkan kepala pada dinding . Alfa yang melihat itu bergegas menghampiri tubuh mungil sahabat istrinya dan langsung merengkuh Fani.

"Dia emang bukan anak gue, tapi lo sahabat istri gue. Artinya lo masuk dalam tanggung jawab, jadi anak ini juga anak gue. "

Ya, Alfa memutuskan untung bertanggung jawab pada bayi yang sedang dikandung Fani. Ia tau ini salah dan akan berakibat fatal pada hubungan rumah tangganya, tapi ia juga tidak bisa membiarkan Fani sendirian dan bisa saja terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

"Terus Dara gimana ? Aku gamau di duain, aku ga sanggup Alfa"

Alfa meremas tangannya kuat mencoba untuk meredam emosi. Ia menghembuskan nafas pelan,"gue ceraiin dia."

Plak..

Satu tamparan mendarat dengan mulus di pipi Alfa. Fani menatap nanar wajah laki-laki itu dengan tangan yang bergetar.

"Kamu mau ninggalin Dara,? Dia lagi mengandung anak kamu. Anak kandung kamu, jangan ambil keputusan disaat kayak gini. Tenangin pikiran kamu, aku gamau kamu nyesel di kemudian hari"

"Sekarang aja aku udah nyesel. Gue pilih elo karna gue tau Dara kuat. Kalo seandainya gue pilih Dara? Lo pasti bakal ngelakuin hal yang membahayakan diri lo sendiri sama janin yang ada di kandungan lo"

"Tap--"

Suara Fani terpotong mendengar deringan telpon. Dengan segera Alfa mengangkat panggilan tersebut begitu melihat nama orang yang menelponnya

"Halo, Al tadi aku cek kandungan bareng Ken. Kamu ga ada niatan pulang cepet gitu ? Biar bisa temenin aku sama Ken ? Atau kamu takut aku marah soal sw kamu yang waktu itu ? Ahahah gapapa aku ga marah.cuman kecewa aja. Intinya sekarang pulang yah sayang,"

Tubuh Alfa bergetar mendengar semua curhatan istrinya walau secara singkat. Fani yang melihat itu ikutan menangis, dia sendiri tidak tega menyakiti sahabat yang sudah dianggap seperti saudara sendiri

"Mau marah juga gapapa. Dan satu lagi, stop telpon ataupun chat, bisa abis pulsa aku cuman buat nanggepin omongan ga berfaedah kamu"

Lama tidak ada jawaban, Alfa ketar-ketir sendiri memikirkan apa kata katanya barusan terlalu kasar ?

"Eh i-iya. Sori kayaknya aku salah orang, bilangin ke orang yang udah nyulik Alfa nya aku yah, bilangin ke dia supaya balikin Alfa yang hangat, baik, dan perhatian. "

Setelah itu telpon dimatikan. Tubuh Alfa terlalu kaku walau hanya untuk menggerakan seujung kuku saja, hatinya terasa ditikam beribu pisau. Tapi ia tidak bisa mundur, jika dia tidak memilih keputusan ini, bisa dipastikan Fani akan bunuh diri.

Lalu pertanyaannya, kenapa Alfa tidak memikirkan Dara yang jelas-jelas istrinya ? Kenapa dia memikirkan dampak yang akan terjadi pada Fani yang hanya sebatas teman, sedangkan istrinya sendiri tidak ia pikirkan ?



MINGGU, 27 DESEMBER 2020


StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang