*14*

36.9K 2.5K 116
                                    

Aku langsung skip aja yah. Soalnya kalo Dara masih sekolah ceritanya ga bakal bisa jalan sesuai alur yang udah ada di pikiran aku.

Happy Reading❤
~~~~~~

2 TAHUN KEMUDIAN--

Suara ocehan dari seorang cewek cantik membuat orang-orang yang berada di sekelilingnya meringis karena mendengar suara lengkingan yang begitu tajam

"Kenzo, momy bilang gaboleh nakal, itu kenapa bibir kamu pake lipstic ? Di pakein siapa ? "

"Momi apa sih. Libut banget ish, telinga Ken jadi atit"

Entah kenapa akhir-akhir ini, cewek berambut hitam sebahu itu selalu saja mengoceh. Bahkan kesalahan kecil saja selalu di lebih-lebihkan.

"Kenapa sih kamu bacot mulu ? Hamil yah ?"

Dara melotot mendengar penuturan suaminya. "Hamil,? Astaga aku baru nyadar kalo udah telat dua minggu. Gimana dong"

"Kita cek ke Dokter aja"

****
Setelah melakukan pemeriksaan, Dara dinyatakan positif hamil. Usia kandungannya baru menginjak dua minggu. Cewek itu bengong sambil mengerjap-ngerjapkan mata tidak percaya

"Kok saya bisa hamil sih dok ?"

"Saya mana tau bu. Kan ibu yang buat"

Sambil menghela nafas malas, Alfa kemudian pamit undur diri lalu menarik tangan istrinya lembut

"Sekarang ada debay di dalem sini. Kurangin bacot"

"Terserah diriku bambang"

Keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam mobil dengan Dara yang memeluk manja lengan suaminya

"Gausah peluk-peluk gitu Dar, nanti susah nyetir nya"

"Gamau. Aku mau peluk. Gaboleh nolak"

"Iya ta--hoekk"

Dara terkejut melihat suaminya yang tiba-tiba muntah. Untungnya, hanya cairan bening yang keluar jadi tidak terlalu membuat Dara Ilfeel. Cewek itu sedikit heran melihat perubahan kondisi Alfa yang tadinya baik-baik saja tapi sekarang justru sakit

"Geser sini, biar aku yang nyetir"

Alfa mendengus tidak suka. Tangannya dengan cepat menghidupkan mesin mobil lalu keluar dari parkiran Rumah sakit

"Langsung kasih tau mama atau entaran dulu ?"

Tidak ada sahutan. Alfa mengode pada Dara untuk tidak berisik, wajah cowok itu berkeringat apalagi saat di lampu merah, nafasnya bahkan sampai tersengal. Beberapa kali Dara menawarkan agar dia saja yang menyetir, namun Alfa menolak tegas dengan alasan tidak ingin Dara kelelahan

Sesampainya di rumah, Dara langsung berlari masuk ketika melihat ibu mertuanya tengah bermain bersama Kenzo

"Mama.."

Dara berlari kegirangan ke arah ibu dan anaknya, sedangkan Alfa meringis melihat tubuh ramping istrinya itu seperti hendak terbang.

"Dara hati-hati"

Tidak menghiraukan ucapan suaminya, Dara terus berlari higga tanpa sadar kakinya terantuk di karpet dan membuatnya terjungkal ke belakang.

"DARA"

"MOMMY"

"SAYANG"

Pekikan tiga orang manusia terdengar begitu panik. Dengan cepat Dara bangkit berdiri sambil menyengir

"Anjay barusan aku terbang" ucap Dara terkikik geli

"Seneng ? Kamu seneng ? Inget, sekarang kamu ga sendirian. ada odading dalam perut kamu. Bisa ancur anak aku kalo kamu jingkrak terus"

Zeline yang melihat putranya emosi segera menarik tangan menantunya dan menyuruhnya duduk.
"Dara hamil ?"

"E-eng iya ma"

"Serius ? Udah berapa lama ?"

"Baru dua minggu ma"

"Astaga sayang kandungan kamu itu baru dua minggu loh, tapi kamunya petakilan banget. Di jaga atuh debay nya"

"Biarin ma. Biarin anak aku ngedisko dalam perutnya. Biar hancur sekalian" ketus Alfa tanpa menatap Dara. Ia sibuk bermain dengan putranya

"Alfa! Kamu ngomongnya gitu banget, ntar kejadian tau rasa kamu" tegur Zeline pada anaknya

"Ya abisnya dia kalo di nasehatin ngeyel terus. Keras ke-- hoekk"

Kenzo terkejut melihat dady nya yang tiba-tiba mual. Matanya berkaca-kaca dan tidak lama kemudian ia menangis histeris. Sesekali mengelap air matanya saat di beri pengertian oleh Dara bahwa dadynya baik-baik saja

"Mommy jagain daddy. Bial Ken main sama oma aja. Ken ndak mau dady atit"

"Unch pinternya anak momi. Yaudah Ken main disini sama oma yah. Gaboleh nakal"
Dara mengecup dahi putranya lalu tersenyum lembut ke arah Zeline.

"Ma, gapapa aku tinggalin Ken ? Takutnya ngerepotin"

"Gapapa sayang. Udah sana jagain suami kamu."

Dara mengangguk patuh lalu berjalan ke kamarnya yang terletak di lantai dua

Ceklek..

Ruangan bernuansa hitam putih juga suara muntah seseorang seakan menjadi penyambut kedatangan Dara ke dalam kamar. Matanya melirik sekilas ke arah tumpukan kertas yang ada di meja belajar, namun ia memutuskan untuk melihat suaminya terlebih dahulu di toilet

"Masih mual kak,? Aku panggilin Dokter aja yah. "

"Ga"

"Ya terus gimana? Kaka sakit loh ! Masa aku diem aja. "

"Kepala aku pusing"

"Aku pijitin mau ?"

"Ga"

"Yaudah kaka baringan aja dulu"

"Ga"

"Maunya apa ? Kaka pengen sakit terus ? Yaudah biarin. Biar aku jadi janda, lagian aku masih muda kok. Banyak yang suka"

Raut wajah yang tadinya tenang kini berubah menjadi datar. Tatapannya pun menjadi tajam, di lengkapi dengan hembusan nafas kasar membuat Alfa terlihat menyeramkan.

"Ngomong lagi coba."

"Eh eng-enggak kak. Canda doang"

"Beneran mau jadi janda ? "

"Engga kak. "

"Becandaan kamu ga lucu tau gak. Aku la--hoekk"

Belum selesai berbicara rasa mual itu kembali menyerang Alfa. Dara bersyukur karena hal itu membuatnya tidak jadi mendengar bacotan suaminya

"Dar, elusin punggung aku "

"Eh gak mau"

"Dar, please aku beneran pusing. Gakuat"

"Ih aku gak mau"
Dara berbalik hendak keluar dari toilet namun karena buru-buru ia tidak melihat ada genangan air dan membuatnya terpeleset. Untung saja tangannya masih sempat berpegangan di gagang pintu jadi tidak membahayakan janinnya.

"Sekalian ancurin itu anak. Gausah jaga kandungannya, mau jadi janda kan."

Dara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu segera beranjak keluar di ikuti Alfa

**********
Bersambung

Nah aku mau jelasin lebih rinci, Dara udah tamat sekolah dan sekarang lagi kuliah. Sedangkan Fani dia kuliah di luar negeri karena emang cita-citanya gitu, biayanya di tanggung sama Alfa!

Segitu aja dulu yah, semoga kelen ngerti alur ceritanya. Soalnya aku rada susah lanjut nulis kalo Dara masih sekolah ;(
Maafin kalo kalian ga ngerti ;)

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang