Duapuluhsatu

19.3K 1.3K 709
                                    

"Dara sayang, kenapa nangis ?"

Suara lembut itu terdengar nyaring, Dara semakin meneteskan air mata melihat orang yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri tengah berdiri di depan pintu sembari mengulurkan kedua tangan.

"Mama" Dara berlari menuju pelukan Zeline. Rasanya hangat, dan juga nyaman.

Zeline mengusap pundak menantunya lembut. Ia tidak tau apa yang telah terjadi pada menantu kesayangannya ini, tapi satu yang bisa di pastikan, kesedihan Dara ada sangkut pautnya dengan Alfa.

"Kita cerita sambil duduk aja yah, kasian anak kamu dia pasti capek"

Zeline menuntun Dara menuju sofa. Keduanya duduk berhadapan sambil bertatapan.

"Ada masalah apa ? Cerita sama mama"

"Alfa jahat. Dia ga sayang sama aku, dia selingkuh ma."

Zeline sedikit terkejut, pantas saja ketika menelpon Alfa, suara anak itu selalu terdengar serak.

"Mama kenal Alfa, dia gak kayak gitu sayang, coba kamu sabar aja dulu, siapa tau lagi ada masalah tapi Al nya ga bisa ngasih tau kamu. Dia takut kamu kepikiran"

"Tapi ga harus selingkuh hiks.. aku gakuat aku pengen mati. Ga ada yang beneran sayang sama Dara, mereka cuman manfaatin Dara di awal doang hiks--"

Nafas Dara tercekat.

Zeline sendiri bingung bagaimana cara menenangkan menantunya yang sedaritadi terus menangis. "Gaboleh ngomong gitu, kamu punya Kenzo sama baby yang ada dalam sini" tangan yang mulai keriput itu bergerak mengusap perut Dara.

"Tapi aku ga sanggup mah"

"Mama beneran marah kalo kamu ngomong gitu terus, kasian Kenzo dia dari kecil ga pernah dapet kasih sayang seorang ibu, baby kamu juga nanti kalo lahir kamu ga ada? Gimana nasib dia ? Kamu harus pikirin nasib mereka juga sayang, jangan egois" Zeline menepuk puncak kepala menantunya kemudian berlalu pergi meninggalkan Dara seorang diri di ruang tamu.

"Aku ga peduli. Aku mau egois. Aku mau buat diri aku bahagia, aku cape"

"Ada saatnya aku bakal pergi. " Dara beralih menatap perutnya.

"Mama yakin, abang Ken bisa jaga kamu tanpa mama. Tunggu 8 bulan lagi yah sayang, abis itu kamu bisa ketemu sama abang kamu yang ganteng"

***

Keadaan jalan tetap ramai meskipun siang sudah berganti malam. Alfa beralih menatap foto istrinya yang ia selipkan di beberapa dokumen. Sebenarnya mau dia letakkan di atas meja, hanya saja dua hari yang lalu Fani datang ke kantornya dan tiba-tiba saja mual melihat foto dara yang terletak di meja kerjanya. Jadi ia memutuskan untuk menaruh foto itu di antara dokumen penting.

Dia sebenarnya marah mendengar Fani yang tiba-tiba bilang tidak ingin melihat foto Dara, tapi mengetahui itu adalah kemauan si bayi, otaknya langsung mengiyakan permintaan tersebut.

"Ngeliat Fani yang ngidam aku jadi inget kamu. Kira-kira, anak kita lagi pengen apa yah ? Ckck! Kamu apain aku sih, sampe segini rindunya sama kamu ? Tau gak, waktu sama Bela dulu aku ga pernah sesayang ini sama dia. Aku bahkan punya simpanan banyak. Tapi kenapa sama kamu ga bisa ? "

Kalimat per kalimat terus di lontarkan, sampai saatnya ia merasa puas setelah semua keluh kesah telah di ungkapkan di depan gambar seorang wanita cantik bernama Dara. Seolah laki laki itu sedang berbicara langsung dengan istrinya

"Aku bakal selesaiin semua masalah ini. Kamu cuman perlu percaya sama aku, 9 bulan lagi semuanya bakalan beres. Aku janji,"

Matanya terpejam menikmati terpaan angin malam di selipi dengan percikan air hujan yang mengenai wajah. Kedua tangannya memeluk erat foto Dara yang tengah berbadan dua sambil menggendeong putra pertama mereka. Membayangi setiap senyuman Dara sontak membuat hatinya teriris. Istrinya itu pasti sekarang tidak pernah tersenyum, bagaimana bisa dia tersenyum kalau dirinya terus menorehkan luka ?

"Sabar yah, hanya sampai Fani melahirkan, setelah itu aku ga akan peduliin dia lagi. Cukup sampai disini dia rusakin rumah tangga kita" ucap Alfa tanpa tau orang yang tengah dibicarakan sedang berdiri di belakangnya dengan tubuh bergetar hebat.

"Kalo gitu kenapa kamu ga biarin aku sendiri aja,? Kalo gini caranya aku bakal bergantung terus sama kamu. Aku ga bisa rawat anak ini sendiri!" Teriak Fani histeris, tangannya bergerak mengambil pisau buah yang ada di atas nakas, ia menatap tajam Alfa sedangkan lelaki itu duduk anteng di kursi kerjanya.

"Kamu ga mau hentiin aku ?"

"Ngapain,? Gue sampe nyakitin hati istri gue ribuan kali cuman demi pertahanin elo sama bayi elo, dan sekarang lo mau gugurin ? Setidaknya hargain perjuangan gue."

Pisau itu jatuh begitu saja di lantai, Fani berlari memeluk erat tubuh Alfa meski ia tau, pelukannya tidak akan di respon sama sekali.

"Aku rela di duain, asal sama kamu Al. Aku gapap kalo hubungan persahabatan aku sama Dara harus hancur, asal aku bisa sama kamu."

"Iya"






28 DESEMBER 2020

1 kata buat Fani ?

1 kata buat Alfa ?

1 kata buat Dara ?

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang