*9*

44.5K 3.2K 20
                                    

Pagi yang cerah. Cuaca yang cocok untuk beraktivitas. Seperti para pelajar yang lainnya, Dara dan Fani tengah bersiap untuk ke sekolah. Dara memakai sepatunya dengan tergesa sambil sesekali melirik jam yang tengah terpajang di dinding kamar.

"Dar, cepetan ih. Udah telat ogeb"

Dara menghembuskan nafas kasar. Ini semua karena bayi tengik yang sekarang selalu memanggilnya momy. Bayi itu semalam menangis histeris dan mengaharuskan dirinya untuk menjaga dan menggendong bayi tersebut sampai tertidur. Dan sekarang, semua berimbas pada dirinya. Ia terlambat.

"Ini rumah juga gede banget njir. Mau ke garasi aja berasa lagi langgar laut. Jauh banget"

Fani terus menggerutu sambil berlari pelan menuruni tangga di ikuti Dara di belakangnya. Dua gadis cantik itu terlihat kewalahan memasuki mobil yang sudah siap untuk mengantar mereka ke sekolah.

Dari jauh, Dara bisa melihat seorang bayi yang tengah menangis di pangkuan baby sitter. Ada sedikit rasa khawatir melihat hal itu, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Entah itu hanya sekedar menggendong ataupun menenangkan.

"Gue kasian sama lo Dar. Lo sekarang udah jadi orangtua. Kantung mata lo keliatan banget"

Dara terisak pelan sambil menatap pantulan wajahnya pada Camera Hp. Ia meringis melihat wajahnya yang pucat apalagi tadi dirinya tidak sempat untuk berdandan. Menjadi orangtua di usia muda memang bukanlah hal yang mudah, tapi Dara juga tidak bisa jika harus meninggalkan bayi itu. Tubuhnya mulai menerima. Hatinya mulai menyayangi. Dan nalurinya sebagai perempuan mulai bekerja.

👪👪👪👪

"Kalian berdua kemana sih selama sehari ini ? Intinya akhir-akhir ini lo berdua pada aneh"

Fani dan Dara sontak memijat pelipis. Baru saja selesai dihukum karena terlambat, sekarang malah harus mendengar ocehan unfaedah dari seorang banci primadona sekolah

Kedua tangan Dara di gunakan untuk membolak-balikan halaman kertas. Gadis itu terlihat cuek dengan pertanyaan Hajar, si banci Primadona sekolah dan lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan membaca buku pelajaran.

"Sory yah Dar, gue tau ini pasti nyakitin buat lo. Tapi gue gakan berhenti sebelum denger dari mulut lo sendiri"

Kadar kekesalan Dara semakin bertambah ketika Hajar berucap sambil memperagakan gaya perempuan. Sungguh tidak epic jika seorang laki-laki tampan harus berubah wujud menjadi perempuan.

"Mau nanya apa sih lo, Jar ? Bacot mulu dari tadi"

Hajar tersenyum manis. Sepertinya, bakatnya itu membuat orang-orang di sekitar kesal.

"Lo udah punya anak kan ? Iya kan,? Ngaku loh"

Sedikit terkejut dengan pertanyaan tersebut, Dara langsung memutar otak untuk mencari alasan. Sebenarnya tidak perlu alasan. Karena memang dia gak pernah hamil dan punya anak. Tapi masalahnya, yang nanya itu adalah seorang Hajar. Banci Primadona sekolah itu kalau ngomong biasanya ada bukti juga. Jadi kalau mau ngasih alasan harus yang masuk di logika. Iya, logikanya Hajar. Bukan logika kita.

"Nih, gue ada video durasi lima menit waktu lo lagi di taman dan ada bayi yang panggil lo momi. Udah sih, ngaku aja. Lo pasti nikah sama hamil muda kan?"

Demi apapun, rasanya telinga Dara semakin panas ketika mendengar ocehan Hajar yang menurutnya unfaedah. Apalagi sekarang ia harus menanggung malu karena suara Hajar itu kelewat gede jadi semua orang bisa mendengarnya. Dan dalam waktu singkat, tempat duduk Dara telah di kelilingi banyak murid. Baik itu yang seangkatan maupun yang di bawah tingkat.

"Wih muka polos gini udah ada anak aja. Di sewa berapa lo sama om-om ?"

"Selagi gue gak main sama om lo,Udah sih, santai aja"

Fani melongo di tempat. Dalam hati ia memberi pujian kepada sahabatnya karena berani membalas cacian dari seorang Louisa, si Ratu Buly.

"Hih, gatel yah lo mau sama om gue. Semenjak orangtua lo meninggal, lo jadi murah yah"

Dara menggebrak meja. Sudah cukup ia diam. Diam bukan berarti takut, dia hanya sedang mempersiapkan senjata melawan musuh. Dan sekarang saat yang tepat untuk membunuh.

"Heh inget yah, di atas mahal masih ada limited. Lo masih dalam golongan mahal. Belom limited. Jadi jangan sok keras"

Semua bertepuk tangan senang. Dalam sejarah tidak ada yang pernah melawan si Ratu buly tapi kalau di hadapkan dengan seorang Dara, semua juga yakin bahwa siapapun itu pasti akan di sapu ratakan oleh seorang Dara Krisinda Letisha

"Inget yah. Lo sekarang masuk dalam salah satu daftar cewek yang bakal gue bikin kapok"

Dara mencengkeram dagu musuhnya menggunakan kuku-kukunya yang panjang. Sedikit meremas memberikan pelajaran bagi orang yang menurutnya sudah keterlaluan

"Awalnya gue pikir kita bisa jadi temen yang baik. Tapi setelah dipikir ulang, gue terlalu sempurna untuk lo yang amburadul"

Gadis itu mengibaskan rambutnya angkuh hingga membuat semua menatap horor padanya. Belum pernah sekalipun melihat sisi jahat dalam diri Dara.

"Awas lo. Gue bakal bales semua perbuatan lo " ketus Louisa

------
Jangan lupa lanjut part berikut yah. ;)

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang