Hari ini jadwal Dara melakukan cek kandungan ke rumah sakit. Seharusnya ia juga di temani oleh Alfa tapi karna cowok itu sibuk ia terpaksa harus sendirian untuk mengecek kandungannya.
Dara pergi dengan di antar supir pribadi. Selama dalam perjalanan ia terus memikirkan apa yang telah terjadi pada sahabatnya sampai Fani yang dulunya lembut sekarang berubah menjadi Fani yang kasar. Ia yakin jika cowok yang dia lihat di rumah tua adalah penyebab dari semua masalah yang terjadi.
Ponsel bumil itu bergetar pelan dan menampilkan nama sang penelpon. Dara sedikit mengernyit melihat nama suaminya terpampang di layar. Bukannya tidak suka, hanya saja semenjak masalah melanda rumah tangga mereka, Alfa sangat jarang untuk menelpon bahkan mengirim pesan juga tidak.
"Hallo Al"
"Hallo sayang, maag ya ga bisa temenin soalnya semalam aku udah janji duluan sama Fani. Ga enak kalo misalnya janji di ingkar"
Dara tersenyum miring. Kalian pasti tau bagaimana perasaan bumil itu sekarang
"Iya gapapa udah biasa" sahut Dara kemudian segera memutuskan sambungan telpon.
Wanita itu mengusap perutnya yang besar sambil berceloteh, ia mencoba mengajak anaknya bicara dan mendapat tendangan kecil di perut.
"Jangan nakal yah, kamu sehat-sehat di sana biar nanti keluar bisa main sama abang sama mommy juga."
Beberapa menit kemudian mobil berwarna hitam itu sudah terparkir sempurna di area parkiran mobil. Dengan sangat hati-hati Dara turun dari mobil sambil mengusap lembut perutnya. Entahlah, dia hanya merasa sedikit ngilu akibat tendangan dari anaknya
"Non, saya ke Warung sebelah sana ya. Mau beli minum sama makan, saya lapar soalnya hehehe"
Pak tua yang berstatus sebagai supir itu menyengir sambil menggaruk tengkuk. Sontak saja Dara tertawa lebar seraya mengangguk " boleh pak. "Setelah berpamitan dengan sang supir, Dara bergegas masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ke ruangan khusus ibu hamil
"Wah mbak Dara kita ketemu lagi, kira-kira suaminya kemana yah mbak ? Soalnya udah tiga kali datang saya ga liat suaminya" cerocos salah satu bumil yang sedang antri untuk memeriksa kandungan.
"Lagi nganter sahabat saya mbak."
"Loh emang ga ada supir ? Masa istri di biarin ngecek kandungan sendiri sih. Saya kalo jadi mbak Dara ga bakal izinin suami buat nganter sahabat. Sekarang mah banyak yang bertopeng sahabat padahal aslinya mah penjahat"
Dara kembali tersenyum. Dalam hati ia membenarkan ucapan ibu itu namun dia tidak mungkin merusak nama suami dan juga sahabatnya.
"Ibu ada-ada aja"
"Lah ? Saya ngomong fakta loh mbak. Kan siapa tau suami mbak itu sel--"
"IBU SILIA CLARITA JANNE SILAHKAN MASUK"
Dara mengelus dada melihat bumil yang sedang membacoti nya masuk segera beranjak karna namanya di panggil.
Waktu terus berjalan, begitu juga dengan antrian yang semakin sedikit sehingga membuat Dara dapat bernafas lega
****
"Pak langsung pulang aja. Saya ga jadi belanja nya"
"Iya non."
Setelah tadi cek USG senyum Dara terus merekah menampilkan wajah bahagia sambil mengelus perutnya lembut.
"Pak, anak Dara cowok. Seneng banget" ucap Dara dengan sangat antusias. Pak Damar lantas mengangguk juga ikut tersenyum lebar
Selama perjalanan Dara terus tersenyum bahkan sesekali ia membuka kaca mobil dan menyapa orang ketika di lampu merah.
Mobil berwarna hitam yang di tumpangi Dara berhenti di sebuah rumah bertingkat empat. Dengan semangat yang menggebu, bumil itu segera berjalan cepat masuk ke dalam rumah dan memanggil anaknya yang sedang bermain di ruang tamu di temani bu Eci, tetangga kepercayaan Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepmother
Teen FictionDara, gadis SMA yang tiba-riba mendapat panggilan baru saat berada di taman. Mommy, apa kalian percaya kalau Dara dipanggil seorang bayi dengan sebutan itu ? Cerita Mommy ini sama sekali tidak saya revisi. Bener-bener cuman muncul ide diotak trus la...