*24*

17.9K 1.3K 55
                                    

Tidak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat. Usia kandungan Dara saat ini sudah mencapai umur 6 bulan. Selama itu juga ia berkali-kali harus merasakan penderitaan batin melihat suami dan sahabatnya sendiri yang selalu berduaan. Dara hanya bisa tersenyum, ia harus kuat. Sesakit apapun itu, tapi kalau Kenzo selalu ada bersamanya maka Dara yakin ia pasti bisa melalui semuanya.

Seperti saat ini, rutinitasnya setelah bangun pagi adalah menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri dan juga Kenzo. Kalo kalian tanya kenapa gak siapin sarapan untuk Fani sama Alfa, itu karna Alfa sendiri yang melarang Dara untuk menyiapkan sarapan

Dara berjalan kesusahan ke kamar Kenzo yang pintunya masih tertutup rapat. Dara yakin anak itu pasti belum bangun meskipun jam sudah menunjukan pukul delapan pagi.

"Jangan hiks.. aku mohon jangan.. aku bakal lakuin apapun yang kamu suruh asal jangan sakitin anak aku"

Samar-samar Dara mendengar suara Fani yang sedang menelpon. Ia tidak mendengar dengan jelas tapi dirinya yakin kalau Fani sedang memiliki masalah. Setiap Dara mengajak bicara, Fani akan langsung menjauh dengan alasan lelah dan ingin segera tidur. Tapi sekarang tidak, Dara akan memaksa bicara dengan Fani. Dia tidak akan membiarkan sahabatnya dalam masalah.

"Fan, kamu kenapa hah? Ada masalah apa,? Cerita sama aku.. kita sahabat Fan."

Fani tidak menjawab dan malah melongos pergi. Dara yakin ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu, ia juga yakin kalau anak yang ada dalam kandungan Fani bukan anak Alfa. Dia hafal betul sifat Alfa yang sangat jauh dari kata brengsek.

"Apa yang di sembunyiin kalian dari aku"

Dengan langkah tertatih, Dara berjalan menuju kamarnya dan menemukan suaminya tengah berkutat dengan setumpuk dokumen juga laptop yang menyala. "Al, aku mau makan Salad buah. Kamu beliin ya." Pinta bumil itu penuh harap.

"Aku capek Dar, nanti aja ya,"

Dara menghela nafas pelan namun ia tetap tersenyum lalu mengangguk.

Sepeninggal Dara dari kamar, Alfa segera menelpon bawahannya agar membeli Salad pesanan istrinya. Sebenarnya dia bisa saja membeli Salad saat ini juga, tapi jika orang itu melihatnya, Dara pasti akan dalam bahaya

"Nanti kalo waktunya udah pas, aku bakal jelasin ke kamu sayang"

* * * *

"Saga aku mohon jangan, aku gabisa hiks.."

Lagi dan lagi suara tangisan itu kembali terdengar. Entah sudah keberapa kalinya Dara mendapati Fani menangis di pojokan sambil menelpon sesorang. Dara yakin orang yang sedang di telpon itu pasti sedang mengancam atau justru menyuruh sesuatu yang tidak disukai Fani

"Saga jangan, ini anak kita kamu ga bisa kayak gini hiks.."

Dara membola. Sudah di duga, anak itu bukan anak kandung Alfa. Ada yang tidak beres dengan semua ini.

Bumil itu ingin sekali bertanya secara langsung pada sahabatnya, tapi Dara yakin Fani pasti akan langsung pergi.

Dengan cepat Dara membangunkan putranya, memandikan dan juga memberikan sarapan pada Kenzo. Setelah itu ia bersiap-siap dan menitipkan Kenzo pada tetangga.

"Jangan nakal ya, Mommy ga akan lama. Mbak, makasih sebelumnya. Saya pergi dulu, permisi'' Dara pamit pada anak dan juga tetangganya setelah itu ia masuk ke dalam mobil dan segera menyuruh supir untuk melajukan mobil

"Pak ikutin mobil yang di depan yah"

Lelaki paruh baya tersebut mengangguk patuh. Lama mereka berada di perjalanan dan akhirnya berhenti di sebuah tempat yang letaknya lumayan jauh dari jangkauan orang-orang.

"Pak bisa tunggu saya disini ? Ga akan lama kok"

"Iya neng."

Dengan langkah berhati-hati Dara memasuki sebuah gedung tua yang sudah di penuhi lumut. Auranya tidak terlalu menyeramkan karna masih pagi dan juga cahaya matahari masih bisa menjangkau gedung tersebut jadi tidak terlihat menyeramkan

Dara bersembunyi di balik tembok ketika melihat Fani menemui seorang laki-laki.

Awalnya biasa saja namun setelah laki-laki yang sedang bersama Fani membuka topeng, Dara langsung menganga tidak percaya. "Astaga d..dia.."

Prak..

"Siapa disana ?" Teriak Fani

Dara membekap mulutnya, rasa gugup mulai menyerang, tiba-tiba saja otak Dara menjadi blank.

Perlahan, Fani beserta cowok yang di temuinya mendekati tempat Dara bersembunyi. Semakin dekat..dan...

"Ah ya ampun aku lupa sesuatu!" Fani menepuk jidatnya dan menarik lengan cowok itu agar segera menjauh dari tempat Dara bersembunyi

"Apa sih Fan ?"

"Aku mau bilang anak kita sekarang usianya udah 5 bulan. Gimana, seneng engga?"

"Ya. Inget kan apa yang harus kamu lakuin ?"

"Inget kok! Aku balik dulu"

Cowok itu mengangguk. Ia menatap punggung Fani yang mulai menjauh kemudian berlalu pergi.

Dara yang bersembunyi akhirnya keluar, ia menatap sekeliling dengan raut wajah waspada, takutnya itu hanya akal-akalan mereka untuk membuat dirinya keluar dari tempat persembunyian.

"Non.. ayo pulang non, udah mendung ini."

Dari balik jendela tembok Dara bisa melihat supirnya melambai lambai memintanya agar segera turun.

Dara bergegas keluar dari gedung tersebut kemudian berlari menuju supirnya. Entah mengapa ia merasa ada seseorang yang menatapnya tajam. Dan itu membuatnya sangat takut. "Pak kita pulang sekarang"

"Iya emang non. Barusan saya di telpon mbak Uke kalau den Kenzo nangis terus"

"Huft.. jalan nya di percepat ya Pak."

"Siap, laksanakan"

Setelah mobil yang di tumpangi Dara menghilang, sosok yanh dari tadi bersembunyi di balik pohon besar keluar sambil tersenyum miring. "Kamu terlalu cepat bertindak."

*******

Bagi nomor WhatsApp ? Kuy lah☻

Canda zheyeng
Ekhm maaf up nya lama ☻
Ada yang mau ngasih saran ?
Atau kritikan gitu ?
Ayoo dong..

Lop pul
Bye


StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang