*29*

18.7K 1.3K 111
                                    

Alfa berlari di koridor rumah sakit dengan penampilan kusut. Wajahnya pucat pasi menggambarkan ketakutan yang luar biasa, ia bahkan tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang menatapnya aneh karna menggunakan baju terbalik

"Gimana keadaan istri saya mbak ?" Tanya Alfa pada seorang wanita berusia sekitar 36 tahun. Ia tau kalau wanita itu yang membawa istrinya ke rumah sakit

"Ini suaminya mbak yang kecelakaan di dalam ?" Tanya ibu itu memastikan

"Iya"

"Oalah mas, itu istrinya tadi kecelakaan parah banget. Ban mobil mbak nya tadi di tembak orang jadi mobilnya oleng nabrak truk" jelas Ibu itu sambil meringis, jelas sekali jika wanita itu masih kaget mengingat kejadian tadi

"Mas nya yang sabar"

Alfa tersenyum simpul menanggapi ucapan tersebut. Perasaan bersalah kini menyelimuti dirinya,hingga untuk mengeluarkan suara saja rasanya sangat berat.

"Saya pulang dulu ya mas, semoga mbak nya baik-baik aja"

"Makasih ya bu."

Setelah kepergian wanita paruh baya tersebut, tubuh Alfa kembali merosot di lantai. Sekarang yang ada dipikirannya adalah bagaimana jika anaknya tidak selamat, atau bagaimana jika Dara yang justru tidak selamat ? Memikirkan hal itu membuat dadanya semakin terasa sesak

"Momi mana ?"

Wajah yang semula menunduk kini terangkat menatap batita yang berada di gendongan seorang wanita paruh baya

"Mo-momi lagi sakit," jawab Alfa sembari merentangkan tangan bermaksud untuk menggendong anaknya

"GAMAU!" batita itu menepis kasar tangan Alfa ketika tau Alfa mencoba untuk menggendongnya

Suasana kembali hening. Kenzo menatap dady nya kesal sambil menangis. Lihat saja kalau sampai terjadi sesuatu dengan momi dan juga calon adek nya, Kenzo tidak akan memaafkan dady nya

"Bi saya titip Ken sebentar ya. Saya mau telpon dulu"

Alfa berjalan menjauh, setelah di rasa aman ia langsung menghubungi orang kepercayaannya untuk melacak keberadaan si pria brengsek. Siapa lagi kalau bukan Saga

"Lacak dia sekarang juga. Habis itu langsung kerahin anak buah buat tangkap dia dan bawa ke tempat itu"

Sambungan telpon langsung di matikan. "Lo salah lawan Saga" senyuman miring tercetak di wajah tampan itu, bahkan sampai membuat beberapa suster yang lewat hampir terjatuh karna tidak memperhatikan jalan

Alfa kembali ke tempatnya semula, disana ia melihat seorang dokter yang menangani Dara keluar dari dalam ruangan

"Dok, gimana keadaan istri saya ?"

"Keadaannya cukup parah. Benturan di kepalanya membuat pasien mengalami kritis tapi untungnya masa kritisnya sudah lewat 3 jam yang lalu"

Alfa menghela nafas lega. Sekarang yang ada dipikirannya adalah bagaimana kondisi janin yang di kandung istrinya itu

"Anak saya gimana Dok ?"

"Janin nya gapapa. Sungguh muzisat yang luar biasa karna janin nya masih bisa bertahan." Jelas dokter itu dengan senyum mengembang

"Tapi perlu saya ingatkan lagi, benturan itu sangat keras sehingga membuat sistem beberapa saraf sedikit terganggu. Saran saya jangan biarkan pasien terkena benturan apapun karna kalau itu terjadi, nyawa taruhannya!"

Alfa meneguk ludah susah payah! Dengan cepat ia mengangguk mengiyakan ucapan sang Dokter

"Pasien sudah bisa di temui. Kalau begitu saya permisi,"

"Astaga seneng banget adeknya den Kenzo bisa bertahan" celetuk si bibi dari arah belakang

"Adek sama Momi gapapa?" Tanya Kenzo memastikan. Matanya mengerjap polos menatap dady nya

"Iya mereka gapapa"

"Yuk kita jenguk momi"

Alfa tersenyum lalu meraih tubuh gempal itu membawanya kedalam gendongannya.

"Bibi mau ikut masuk ?"

"Nanti aja deh. Bibi disini aja dulu"

Alfa membuka lalu menutup pintu dengan sangat pelan takut membuat istrinya terbangun.

"Halo Momi.." ucap Kenzo begitu melihat tubuh momi nya yang penuh dengan luka juga mata yang masih terpejam.

"Ken kangen" lanjutnya lagi bahkan suaranya tidak terdengar jelas karna dadanya yang terasa sesak hingga untuk bersuarapun rasanya sangat berat

"Maafin aku sayang'' kali ini Alfa yang bersuara, ingatan tentang semua perlakuan buruknya terhadap sang istri terus berputar, rasa bersalah semakin menggerogoti hatinya apalagi mengingat istrinya itu sempat menelponnya untuk meminta bantuan

"Kamu bangun, aku jelasin semuanya dari awal. Jangan diem aja"

Ingin rasanya ia menangis dan berteriak sekencang mungkin namun melihat anaknya yang juga tengah menangis mengharuskan dirinya untuk tetap tegar. "Jangan sedih, anak cowok gaboleh lemah"

Tigapuluh menit menghabiskan waktu berbincang dengan tubuh kaku Dara, Alfa memutuskan untuk keluar sedangkan Kenzo menangis ingin tidur di samping momi nya

"Bi tolong jaga istri sama anak aku di dalem. Alfa ada urusan bentar"

"Iya, den Alfa hati-hati"

****

BUGH

BUGH

BUGH

"MATI LU BANGSAT!"  Alfa bernapas tersengal sambil menyeka darah di sudut bibirnya

"ISTRI GUE SEKARAT ANJING, INI SEMUA KARNA ELO! BERANI TADI DIA ATAU ANAK GUE GAK SELAMAT, GUE PASTIIN FANI SAMA CALON ANAK LU JUGA BAKAL ABIS DI TANGAN GUE"

Saat ini Alfa bersama lima orang kepercayaannya tengah berada di gedung pencakar langit. Cowok itu bersama rekannya menatap tajam pada sosok lelaki yang tengah berbaring tak berdaya dengan pakaian rumah sakit masih menempel di tubuh. Ambil kesimpulan, lelaki itu dibawa kabur oleh orang kepercayaan Alfa

"Al udah mending lu balik rumah sakit. Istri sama anak lu sendirian, ini banci biar gue yang urus" celetuk seorang lelaki berpostur tubuh tinggi dengan warna bola mata yang berbeda. Bagian kiri berwarna biru sedangkan yang kanan berwarna hijau

"Nyakitin Dara lagi gue gak kasih ampun buat Fani."

"J-jang- jangan sentuh d-dia" ucap Saga parau. Luka di kepalanya membuatnya pusing belum lagi pukulan-pukulan dahsyat yang diberikan Alfa tadi semakin membuatnya pusing dan kesakitan

"Pergi! Dia kita yang urus"

Alfa  mengangguk lalu berjalan pergi dari tempat itu

Setelah kepergian Alfa, cowok yang warna matanya beda itu tersenyum sinis. "Bisanya pake pistol. Pake otot dong goblok" dan setelahnya Saga kembali menerima bogeman dari teman-teman Alfa. Kalau begitu sama saja dengan ada atau tidaknya Alfa ia akan tetap di pukuli

"Jangan sentuh keluarga Georgio. Gue anti manusia yang ganggu keluarga itu" celetuk salah satu cowok yang memiliki bekas luka berbentuk garis lurus dari daerah testa sampai mata

"Fani itu cewek lu kan ? Gue minta izin mau ngukir nama lu di perut dia"

Kelima cowok itu tersenyum miring, mereka senang melihat lawan terbujur kaku

"Berani se-sentuh dia, gue argh... gue ba-balas lo semua.. ugh" Saga meremas dadanya kuat. Sekujur tubuhnya terasa amat sakit

"Diem! Lo ribut, kasih gunting cepetan" perintah salah satu cowok. Di antara mereka berlima hanya dialah yang paling sadis. Cowok itu memiliki warna rambut yang hitam legam, dengan sorot mata tajam dan juga anting salib di telinga kiri

Setelah mendapatkan apa yang diminta, cowok itu menggores sedikit bibir lawannya menggunakan gunting. "Mulut anda terlalu tajam, saya mau coba lebih tajam gunting atau mulut jelekmu!"



*****
Udah mau end ceritanya uyeay
Tapi bukan part 30☹
Jangan bosan baca ceritanya ya

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang