Happy reading!
Chapter 8 - Up All Night
Noah telah tertidur lelap di balik selimut yang tebal, membuat Dinda meninggalkan balita itu seorang diri di dalam kamar yang cukup luas. Wanita itu menutup pintu bercat putih dengan sangat pelan. Mulai menginjakkan kaki di atas anak tangga yang menuntunnya ke lantai pertama. Di depan api unggun, terdapat pria menyeduh segelas Jus Apel sambil menonton acara yang di persembahkan oleh salah satu stasiun TV.
Dinda duduk di sebelah Daniel yang tatapannya lebih tertuju pada perapian. Tak ada yang memulai percakapan diantara mereka, hanya suara televisi dan api yang membakar arang secara perlahan.
Dinda menoleh ke arah Daniel. "Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Mengenai Noah," jawab Daniel menatap sang lawan bicara. Ia mematikan televisi, bertujuan agar bisa membicarakan hal ini dengan sangat serius. "Apakah itu tidak privasi?"
"Setiap orang memiliki hak untuk bertanya." Dinda memberi jawaban.
"Dimana kau menemukan Noah?"
"Di depan kantor agensi modelku," jawab Dinda enteng, kemudian menceritakan semua yang dialaminya di hari pertama ia menemukan Noah. "Dan suratnya, masih aku bawa."
"Boleh aku membacanya?" Dinda mengangguk, entah mengapa ia merasa Daniel dan Noah memiliki sebuah ikatan batin diantara mereka.
Wanita itu merogoh kantung cardigan berwarna merah muda, menyerahkan kertas bergaris itu kepada Daniel. Sang penerima langsung membaca dengan seksama dan tak lama setelah itu, ia melipat kertas tersebut kembali dengan rapi. Kedua mata biru lautnya menatap lekat api unggun, tanpa mengalihkannya sedetik pun.
LL? Lovely Luna? Tapi, banyak sekali orang yang memiliki inisial LL. Arghh, kenapa kepalaku menjadi... Sakit?
"Kenapa?" Dinda mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Daniel, sedikit merubah posisi duduk. "Ada yang salah?"
Daniel mengedipkan mata beberapa kali. "Tidak. Berapa umur Noah?"
"Empat tahun."
Mustahil. Tapi, hubunganku dengannya sudah berakhir pada awal April.
Tak mendapat respon dari Daniel, Dinda mengernyitkan dahi. Seperti ada yang janggal, tetapi dia harus tetap berpikir positif. Tatapannya beralih pada arang yang mulai menjadi abu akibat di lalap abis oleh api dan gadis sembilan belas tahun itu berinisiatif memasukkan beberapa arang ke dalam perapian. Kemudian, mengambil tongkat kayu yang tergeletak di depan Daniel dan menyatukan arang-arang baru bersama api yang mulai berkobar.
Cukup lama Daniel mematung. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Sekadar meratapi kertas dengan tulisan tegak bersambung yang berada di dalam genggaman tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel & the Secrets
FanfictionPrevious title: Los Angeles "Hidup itu memilih dan dipilih. Keuntungan dan resiko mengikutinya dari belakang." *** Berawal dari kehilangan dompet, Adinda Putri mendapatkan pertolongan dari Daniel Seavey. Namun, rasa curiga tiba-tiba muncul dalam ben...