Happy reading!
Chapter 10 - Bellova's Sick
"Serius?"
"Iye. Masa aing boong sih ama ente," ucap Dinda menyakinkan Astrid mengenai teror yang ia alami beberapa hari yang lalu.
"Eh, Codot! Kalo ngomong tuh jan campur-campur. Pusing Ibuk dengerinnya. Lagian mana nyambung, Sunda ama Betawi, hah? Lu kira pipa air gitu?" ucap Astrid tak habis pikir akan bahasa yang di gunakan anak semata wayangnya ini. "Tapi, masa iya sih, si Ilham yang ngelakuin?"
"Iye lah, sambung-menyambung menjadi satu. Eh, napa jadi bahas pipa air, dah? Back to topic woy, back to topic," kata Dinda melipat pakaian yang baru saja ia keringkan.
"Lagian elu sih, pake campur-campur segala bahasanya."
Dinda memindahkan baju yang ia lipat ke dalam walk in closet, meletakkannya dengan sangat rapi. "Maapkeun aing, Teh. Tadi ngomong apa? Yang itu lho, Buk. Abis ngomong Sunda-Betawi."
Astrid memutar bola matanya. "Masa iya, si Ilham?"
"Lah, gabut banget dia ngelakuin itu. Auk ah," balas Dinda mengerutkan dahi sehingga terdapat kerutan di bagian depan kepala.
"Bisa aja, kan? Orang dia juga lagi di LA sekarang," tanggap Astrid mengerjakan pesanan salah satu pelanggannya-sepatu rajut.
"Gosah di pikirin, deh. Boxnya juga udah di buang sama Daniel, ceunah."
"Abisnya, Ibuk tuh herron-"
Dinda sedikit melototkan matanya, lalu menutup pintu walk in closet. "Buk, plis, deh. Gosah nistain marganya Zach," katanya berjalan mendekat ke arah ranjang dan menjulurkan kakinya di atas spring bed-tertawa kecil saat mendengar Ibunya memelesetkan nama marga keluarga Zach.
"Zach siapa, sih? Orang Ibuk juga baru denger dari Bells kemarin-kemarin. Dia tuh kalo di apartemen, selalu ngomong pake 'herron-herron' segala ama temennya," cerocos Astrid memiringkan kepalanya agar smartphone yang terjepit di antara bahu kiri dan telinganya tidak terjatuh.
"Zach Herron. Temen bandnya Daniel."
"Hahahaha, oh gitu toh. Rasanya tuh ga enak, kalo ga nistain. Asal lu tahu aja."
"Iya juga, sih."
"MOM! Uhuk! Help me! Hoek!" teriak Bellova dari dalam kamarnya yang berada di antara kamar Daniel dan Dinda.
Dinda seketika mematikan sambungan telepon tanpa berpamitan kepada Astrid. Tanpa berpikir panjang, ia melemparkan smartphone ke atas kasur dan berlari keluar dari kamar-menghampiri Bellova. Di saat bersamaan, Daniel juga mendatangi kamar Bellova.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel & the Secrets
FanfictionPrevious title: Los Angeles "Hidup itu memilih dan dipilih. Keuntungan dan resiko mengikutinya dari belakang." *** Berawal dari kehilangan dompet, Adinda Putri mendapatkan pertolongan dari Daniel Seavey. Namun, rasa curiga tiba-tiba muncul dalam ben...