CHAPTER 36: EXPLANATION

38 6 0
                                    

Happy reading!

Chapter 36 - Explanation

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 36 - Explanation

Dinda terbangun dari tidurnya. Napasnya tersengal-sengal. Keringat dingin membasahi seluruh badan, kedua matanya mengitari kamar--mengamati sekitar. Ia mengusap butiran-butiran keringat itu, mengatur pernapasan, kemudian pandangannya berpindah ke tempat remote pendingin ruangan berada--menampilkan suhu delapan belas derajat. Cukup dingin. Tetapi, entah mengapa ia masih merasakan bahwa ukuran suhu ruangan ini terasa panas. Yang menjadi sasaran pandangan selanjutnya ialah jarum jam yang menunjukkan pukul setengah delapan malam, artinya Daniel akan tiba beberapa menit lagi.

Perempuan ini bergegas turun dari ranjang, terburu-buru mengikat rambutnya secara acak-acakan. Lalu, membuka pintu dan keluar dari kamar. Menuruni tangga dengan terburu-buru, kemudian celingukan mencari seseorang.

Bi Wulan yang tengah merapikan bekas piring makan malam di meja ikut merasa bingung atas gerak-gerik sang majikan. Beliau menghampiri wanita dua puluh tahun itu, "Nyari siapa, Mbak?"

"Noah kemana, Bi?"

"Di taman belakang, Mbak, sama Ibuk," jawab Bi Wulan seadanya. "Mbak ga makan dulu?"

Dinda melongos pergi, tak menjawab tawaran Bi Wulan. Kakinya cepat-cepat melangkah menuju halaman belakang rumah, rasa kekhawatiran dan segala hal buruk memenuhi pikirannya. Rasanya, ia ingin cepat-cepat memeluk Noah. Entah ini sudah ke berapa kalinya, mutiara yang keluar dari kedua bola mata cokelat wanita ini.

Lantai granit terasa dingin ketika telapak kakinya menginjak benda yang merupakan batu alami tersebut, deru napas terdengar tak beraturan, dan dadanya terasa berat ketika menghirup udara.

Derap kaki wanita itu akhirnya terhenti diambang pintu belakang, melihat seorang anak laki-laki mengerjakan tugas sekolah sambil menemani sang nenek yang sibuk merajut di atas tikar yang dijabarkan di tengah-tengah taman yang dikelilingi berbagai aneka jenis bunga dan terlihat terang-benderang pada malam hari berkat bantuan dari cahaya rembulan juga path lighting. Dinda menghela napas lega, ia harus menghabiskan beberapa jam lagi bersama Noah hingga Daniel tiba.

"Lho, Din? Ngapain lu di situ? Sini, gabung," ajak Astrid menyadari keberadaan putri semata wayangnya seraya mengibaskan tangan.

Dinda tak menanggapinya. Sembari mengusap air yang keluar dari kedua sudut matanya, ia berjalan menghampiri tempat Noah dan Astrid menghabiskan waktu bersama malam ini. Wanita itu duduk di samping putranya, mengamati setiap gerakan Noah. Senyuman tipis terpancar di kedua sudut bibirnya, membayangkan jika Daniel telah datang dan membawa pergi anak laki-laki berusia lima tahun ini dari pelukannya selepas mengetahui hasil tes DNA. Dan, pastinya takkan mengijinkan Dinda menemui putra angkatnya lagi.

Angel & the SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang