CHAPTER 16: STRUGGLE

46 10 1
                                    

Happy reading!

Chapter 16 - Struggle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 16 - Struggle

Zach Herron

Nanti, kita akan menjalankan rencananya kan?

Ya, Tentu

Tapi, apakah kau yakin Zach jika Daniel sudah tertidur saat ini?

Sure. Dia morning people

Oh God! Aku kalah dengannya, hahahaha

Hahaha. Me too, walaupun tidurku selalu sore hari

Dinda mengalihkan pandangan pada jam dinding berwarna hitam-putih telah menunjukkan pukul sebelas kurang sepuluh menit. Menggigit bibir bagian bawah, menepuk-nepukkan smartphone ke permukaan telapak tangan, dan melirik ke arah Noah. Meneguk air liurnya dengan perasaan gugup. Bagaimana pun juga, semua ini tak ada yang boleh di sembunyikan. Karena, rahasia tak selamanya akan tertutup rapat.

Tatapannya melirik timer yang baru saja di atur dan ibu jari bergerak menekan ikon nada lagu. Mendengarkan lagu selama kurang-lebih sepuluh menit, sebelum akhirnya timer berbunyi menunjukkan pukul sebelas malam.

Dinda keluar dari kamar seraya memasang headset wireless berwarna hitam di telinga kanannya yang sudah terhubung dengan panggilan telepon dari Zach. Berjalan dengan mengendap-endap, agar suara derap kakinya tidak terdengar. Kemudian, menutup pintu kamarnya dan memberi aba-aba pada Zach yang berada di ujung supaya bersiap mengawasi keadaan sekitar. Laki-laki itu memberinya acungan jempol saat ia membuka kenop pintu kamar Daniel, kemudian menutup pintu kamar pria tertua ketiga di band sangat pelan nan berhati-hati.

Nuansa kamar Daniel sangat elegan dengan dominan tema musik dan terbilang sangat rapi untuk ukuran kamar cowok. Poster album 8 Letters terpampang jelas di dinding bercat abu-abu dekat walk in closet, barang-barang pribadinya tertata cantik di setiap sudut ruangan, dan suasananya sangat sunyi.

Pria itu tak mendengkur sama sekali layaknya pria pada umumnya, di tambah lagi dinginnya ruangan ini membuat Dinda sedikit menggigil. Tapi tak masalah, ia masih bisa menjalankan rencana A yang telah tersusun rapi sejak tadi siang.

Dinda mendekat ke arah ranjang Daniel yang tertidur lelap dalam posisi miring ke kanan dan sedikit bergerak-gerak, mencari posisi senyaman mungkin. Perempuan itu mulai naik ke atas kasur, sangat berhati-hati dan pelan dalam merangkak. Perasaan gugup menghinggapinya, di tambah lagi keringat dingin mulai mengalir deras dari pelipis.

I'm sorry.

Pergelangan tangan Dinda bergerak ke arah kepala Daniel, kedua jarinya pun mencabut cepat beberapa helai rambut coklat milik kekasihnya.

"Awshhh," ringis Daniel mengusap-usap kepalanya membuat Dinda mengatupkan bibir erat dan memejamkan mata sejenak, agar tidak mengeluarkan suara.

Dinda sedikit khawatir melihat lima helai rambut Daniel berada dalam genggaman tangannya. "Anjir, napa jadi banyak? Niatnya cuma ngambil satu doang, bege! Ah, yodah deh. Buat cadangan, mayan, " gumamnya memandangi rambut-rambut tersebut, kemudian mengalihkan pandangan pada Daniel yang bergerak-gerak ke sana kemari. Dengan cepat ia memasukkan salah satu anggota tubuh itu ke dalam kantong plastik klip. Bergegas memundurkan badan supaya kedua kakinya bisa menginjak lantai kamar ini.

Angel & the SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang