CHAPTER 25: MIND

30 6 2
                                    

Happy reading!

Chapter 25 - Mind

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 25 - Mind

Suasana ruang makan begitu ramai nan ricuh berkat canda tawa yang diciptakan oleh the boys. Saling berbagi cerita-cerita konyol yang mereka alami. Tapi, Dinda tampak tak menikmati suasana ini. Ketakutan akan Daniel membaca surat itu telah menghantuinya sejak kemarin sore. Bahkan sejak acara sarapan dimulai, ia tak membuka suara sama sekali. Karena jika ia memberitahu Daniel mengenai surat hasil tes DNA sekarang juga, itu bisa mengganggu jalannya 8 Letters Tour ke depannya.

Menurut informasi yang ia dapat dari Bellova tentang tur Why Don't We, tur konser mereka akan berakhir di Jakarta pada 21 November tahun ini. Itu waktu yang tepat untuk memberitahu dan mengungkap berbagai hal yang belum terbongkar. Dinda hanya ingin Daniel melakukan sesuai dengan apa yang ia katakan ketika di rumah sakit waktu itu.

Tatapan Dinda terfokuskan pada hidangan khas Amerika di hadapannya ini, tetapi pikirannya berjalan kesana-kemari. Tak sinkron dengan pandangan mata.

"Hei," gertak Daniel pelan menepuk bahu Dinda.

Dinda menoleh. "Apa?"

"Kenapa kau tak memakan sarapanmu?" Daniel melirik piring kekasihnya yang masih utuh.

The boys menghentikan obrolan konyol mereka, saling melirik satu sama lain. Mengerti jika diamnya Dinda ada kaitannya dengan surat hasil tes DNA yang hampir saja ketahuan oleh Daniel. Dan, untungnya Dinda memberikan alasan yang masuk akal. Sehingga, kemungkinan, sebagian kecil kecurigaan terdapat pada perasaan pria itu.

Dinda terpaku. Tak menjawab ucapan Daniel. Mulutnya terasa sulit terbuka, walaupun hanya untuk memberikan sebuah jawaban kepada Daniel. "Aku..., Tidak apa-apa," balasnya singkat menciptakan sedikit lengkungan di kedua sudut bibirnya.

"Secara tak langsung, kau mengatakan. Jika dirimu sedang tidak baik-baik saja," bisik Daniel mendekatkan wajahnya, mengakibatkan Dinda membelakkan mata tak percaya. Ia mengambil mangkok berisi Oatmeal, menyodorkan sesendok bubur ke depan mulut Dinda.

Wanita itu mengisap bibir, menggeleng menolak suapan pertama dari pria di sebelah kirinya ini.

"C'mon."

Dinda menggeleng. Mengawasi sekitar, suasana telah kembali seperti semula dan rasa malunya seketika tumbuh secara alami. Otaknya membayangkan bagaimana jadinya jika the boys melihat aksi Daniel pagi hari seperti ini? Pasti sangat memalukan. "Tidak. Aku baik-baik saja dan sedikit malu," bisiknya.

Daniel tertawa kecil mengetahui arti perkataan Dinda, ia sedikit mendorong kursinya ke belakang dan berdiri dari tempatnya seraya membawa mangkok berwarna putih polos tersebut.

Angel & the SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang