Happy reading!💛
Chapter 2 - Meet At LAX Airport
Pagi ini, pada pukul dua pagi, Dinda sudah bersiap-siap untuk pergi ke Bandara Soekarno-Hatta. Karena, pesawat tujuan Jakarta-Los Angeles akan take off tepat saat jarum jam menunjukkan pukul tiga dini hari.
Ia memilih mengenakan crop-top polos, ripped jeans, chunky shoes berwarna putih, serta masker yang sudah terpampang jelas di wajah glowingnya.
Kini, ia mendudukkan bokong di kursi sofa ruang tamu. Kedua jarinya lihai memainkan smartphone, menunggu Bellova menyelesaikan sarapan.
Wanita itu melirik Noah—yang kini resmi menjadi putra angkatnya—berada di sebelahnya, balita tersebut asyik memainkan iPad yang berisi banyak permainan. Seketika, ingatannya kembali pada kejadian yang baru saja terjadi kemarin.
Dinda mengerjap kaget ketika Bellova menepuk pelan bahunya. Ia beranjak dari kursi, mengusap air mata di kedua pipi.
"Udah siap?" tanyanya mencangklongkan slin bag tas di bahu kiri.
Bellova mengangguk. "Udah, Mom."
Dia mengangguk. Noah memberikan iPadnya kepada Bellova, agar gadis itu dapat memasukkannya ke dalam backpack mini berwarna putih tulang.
"Ya udah, ayo berangkat!" ajak Dinda menggandeng Noah dan mengelus puncak kepala Bellova. "Pasti udah ga sabar lagi kan, ke Disneyland Los Angeles? Hm?"
"Pasti dong," sahut Bellova senang, sepertinya kemarahannya kepada Dinda telah mereda.
"Eh, Bi Wulan, Pak Ucup. Nanti uangnya saya transfer setelah nyampe LA aja, kayaknya nanti langsung take off." Seperti biasanya, malah sudah menjadi kebiasaan. Ketika akhir tahun semakin dekat, Dinda menrasferkan uang dengan nominal cukup besar kepada kedua pekerja rumah ini dan uang tersebut bisa mereka nikmati dengan keluarga.
Mereka semua mengangguk.
"Happy new year, ya! Saya pergi dulu," pamit wanita ini menatap Bi Wulan dan Pak Ucup secara bergantian.
***
Selepas transit di Tokyo, akhirnya Dinda, Bellova, dan Noah menginjak tanah Hollywood. Malam ini, kondisi Bandara terlihat begitu ramai. Dinda mengelus-elus Noah yang tertidur pulas, sementara Bellova terlihat sangat lesu akibat jet lag-karena ini penerbangan perdananya keluar negeri dalam jangka waktu kurang-lebih dua puluh empat jam.
Tiba-tiba, sebuah taksi berhenti di hadapan ketiganya. Sebuah keberuntungan yang datang pada malam hari seperti ini. Tapi, sebelum itu, Dinda harus mengecek dompet terlebih dahulu—takut jika benda berharga itu hilang. Dan, hal itu benar-benar terjadi.
"Duh, pake acara hilang segala lagi," gerutu Dinda memukul-mukul dahi.
Di saat bersamaan, seorang pria yang mengenakan topi dan masker berwarna hitam mendekat ke arahnya. Ia merasa was-was, walau LA merupakan salah satu kota yang aman pada malam hari. Pria itu membuka maskernya ketika tubuh jangkungnya telah berdiri tegak di hadapan Dinda. Namun, wajah pria itu sangat tidak asing. Dan, satu lagi, rata-rata warga Amerika cuek terhadap orang asing dan tak seramah Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel & the Secrets
FanficPrevious title: Los Angeles "Hidup itu memilih dan dipilih. Keuntungan dan resiko mengikutinya dari belakang." *** Berawal dari kehilangan dompet, Adinda Putri mendapatkan pertolongan dari Daniel Seavey. Namun, rasa curiga tiba-tiba muncul dalam ben...