Previous title: Los Angeles
"Hidup itu memilih dan dipilih. Keuntungan dan resiko mengikutinya dari belakang."
***
Berawal dari kehilangan dompet, Adinda Putri mendapatkan pertolongan dari Daniel Seavey. Namun, rasa curiga tiba-tiba muncul dalam ben...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 29 - Bad Day
Beberapa bulan kemudian...
Komunikasi antara Daniel dan Dinda semakin membaik selepas kejadian beberapa bulan itu, meskipun Daniel sibuk menjalani tur dunia 8 Letters. Karena, sejauh ini Dinda sendiri hanya menerima endorse selepas dua sinetronnya yang tayang di salah satu televisi swasta telah tamat.
Mengenai lagu Cold In LA. Lagu itu telah dirilis tepat ketika Hari Valentine. Viewers lumayan ramai, apalagi sebagian besar menanyakan dua gadis yang ada di dalam video tersebut. Alhasil, nama Dinda pun semakin naik daun. Tetapi, ia telah mengkonfirmasi bahwa dirinya lebih nyaman berkecimpung di dunia perfilman daripada tarik suara. Perempuan itu menganggap berkolaborasi bersama Why Don't We merupakan hal spontan saja, tak ada niatan. Sedikit mengecewakan, untungnya Dapucilova menghormati keputusan yang ia buat.
Walau terselubung sedikit kebohongan mengenai pertemuan mereka di dalamnya yang hanya diketahui oleh sahabat-sahabatnya dan the boys juga Bellova—selaku salah satu penulis lagu. Dan, sejauh ini, jalinan kasihnya bersama Daniel masih terjaga aman. Bahkan, manajer Why Don't We—Randy—tak mengetahui hal ini.
Siang ini, Dinda bersiap pergi menjemput Bellova pulang dari sekolah selepas menyusul Noah yang baru saja menyelesaikan hari pertamanya sekolah.
Jalanan ramai lancar. Seperti biasa. Suasana mobil dipenuhi celotehan Noah yang berusaha mengikuti suara Daniel sedang menyanyikan lagu Cold In LA. Dinda terkekeh melihat perkembangan Noah yang cepat sejauh ini. Meskipun dilubuk hatinya sedikit ada rasa risau mengenai surat yang ada di dalam amplop khas rumah sakit Ronald Reagan UCLA Medical Center Los Angeles tersebut.
Tiba di depan SMP Kertanegara, Bellova tampak menyendiri di tempat duduk depan kantor kepala sekolah seraya mengotak-atik smartphone. Namun, selepas melihat Outlander Sport PX milik Dinda terparkir di depan gerbang, gadis itu berlari kecil menuju mobil tersebut dan membuka pintu bagian belakang lalu masuk ke dalamnya.
"Gimana sekolahnya? Ga kena hukuman, kan?" tanya Dinda mengemudikan mobil kembali sembari mengenakan kacamata hitam dan mengingat kejadian tadi pagi, dimana Bellova terlambat datang ke sekolah untuk pertama kalinya dalam semester dua ini.
Bellova menggeleng. "Enggak. Malah dipeluk sama temen-temen."
"Pengalaman bagus tuh. Jan sampe dilupain," tutur Dinda.
"Noah sendiri gimana?" tanya balik Bellova menyembulkan kepalanya di antara Noah dan Dinda.
"Dia berani lho, ga mau ditungguin. Jadi ya... Ya udah, Mom tinggal."
"Mantep! Oh ya, Mom. Besokkan Hari Ayah, setiap murid disuruh tampil bawain lagu apapun dan kedua orangtuanya wajib dateng."
"Sama Uncle Daniel aja, katamu dia bulan ini ada konser di Jakarta."