Happy reading!
Chapter 35 - Before
Suara samsak ditinju oleh sarung tinju atau golves menggema disebuah ruangan berisi bermacam-macam peralatan fitness. Sejak enam jam lamanya, ruangan ini dipenuhi suara musik dan teriakan semangat Dinda. Keringat mengucur deras, membasahi seluruh wajah dan badannya, rambut yang terikat rapi mulai berantakan perlahan, jaket dan celana training berwarna merah maroon telah dibasahi keringat, serta napas yang terengah-engah semenjak beberapa jam yang lalu.
Ia akhirnya beristirahat, duduk di kursi panjang di tepi ruangan ini. Meneguk telak sebotol air putih dalam kemasan yang tak bisa dibilang kecil, siku bergerak mengusap keringat sekitar pelipis.
"Mau sampe kapan lo nyiksa diri kek gini?" Dinda menoleh ke sumber suara, Novi berdiri bersedekap di ambang pintu.
Dinda mengernyit, "Siapa juga yang nyiksa diri? Orang gue diet."
"Gosah ngelak, Dot! Lo pasti bakalan balik lagi ke Daniel, percaya sama gue," kata Ersya menyusul, mirip pembawa acara gosip. "Ga peduli, lo mau hindar kek, mau ngejauhin dia, mau mup on pake seribu satu cara kek. Tetep, bakalan balik."
Dinda tertegun dalam hati mendengar perkataan Ersya. Ia tak menggubris penjelasan tersebut, berpura-pura membersihkan keringat. Bagaimana jika hal itu terjadi? Jantungnya seketika berdegup kencang, layaknya pelari maraton tengah berlari menuju garis finis. Semua peristiwa buruk langsung menghinggapi isi pikirannya, namun tetap berpikir positif.
Ga, ga mungkin. Ga mungkin gue balik ke Daniel.
Novi mengiyakan, "Iya juga sih. Setuju gue ama Ersya."
"Udah lah, ngapain dibahas? Orang udah mantan. Cuma temenan aja sekarang." Dinda menolak membahas topik ini lebih jauh.
"Ah, elu mah," ucap Ersya merotasi bola mata.
"Eh, ikut gue, yok! Jemput Noah," kata Dinda berdiri mengganti topik, menyampirkan handuk kecil pada bahu kiri dan membawa botol air minumnya.
"Hayuk atuh, gaskeun!"
"Bentar, gue mau mandi dulu."
***
Dinda memandang jauh ke luar jendela, memandangi gedung-gedung tinggi yang berada di seberang jalan. Tatapan kosong ia lontarkan, melampiaskannya kepada gedung-gedung itu. Helaan napas panjang keluar dari indera penciuman. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya, tapi ia memilih diam.
Mata biru laut, rambut blonde, hidung mancung, senyuman lebar dengan tooth gap, dan badan atletis selalu berputar di kepala. Semua kenangan berputar begitu pelan, kepalanya menggeleng--mencegah memori itu agar menghilang cepat. Kebetulan, Jonah memberinya kabar.
Ia memandang malas layar touchscreen yang berada di hadapannya ini, kemudian menjawab panggilan telepon pria tertua di manband itu.
"Listen to me! Daniel telah mengetahuinya dan dia sedang menuju ke... Kemana, Angi?" Nada bicara Jonah sangat cepat dari seberang, terdengar tengah bertanya sesuatu kepada seorang wanita di sana.
"Kami sedang mengikutinya melalui GPS."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel & the Secrets
FanfictionPrevious title: Los Angeles "Hidup itu memilih dan dipilih. Keuntungan dan resiko mengikutinya dari belakang." *** Berawal dari kehilangan dompet, Adinda Putri mendapatkan pertolongan dari Daniel Seavey. Namun, rasa curiga tiba-tiba muncul dalam ben...